"'Gapapa dianiaya walau cuma joke', 'Gapapa dianiaya kalau pernah nyebar hoax', 'Gapapa dianiaya kalau dia pendukung klub lawan', 'Gapapa dianiaya kalau dia maling'," tulis Pandji.
"Inilah konsekuensi dari rakyat yang udah ga percaya aparat, mereka memutuskan untuk ambil tindakan sendiri," beber Pandji.
Cuitan Pandji tentang hal ini mendapat atensi dari netizen sebanyak 1.914 komentar, 4.039 retweets, dan 13.7 ribu likes sampai berita ini terbit.
Melihat cuitan tersebut, eks Jubir PSI Dedek Prayudi langsung menyamber opini Pandji di Twitter.
Dedek merasa bahwa hal ini konsekuensi oknum masyarakat yang tidak terpuji bahkan dicap sangat keji.
"Ini konsekuensi dari oknum masyarakat yang biadab dan picik, yang mengecilkan makna kemanusiaan sehingga mudah membenarkan kekerasan keji begini," tulis Dedek.
Dirinya juga menekankan ke Pandji untuk tak menggiring opininya ke kesimpulan yang tak pasti.
"Gak usah digiring kepada kesimpulan-kesimpulan asumtif, mas. Mau seberapapun trustable-nya aparat, kalo oknum masyarakatnya biadab ya biadab," jelas Dedek.
Lebih lanjut pria yang kini jadi Sekjen DPP Asparnas itu menegaskan untuk tidak salah persepsi.
"Poinnya adalah susunan aktor sederhana: i) korban; dan ii) pelaku," ujar Dedek.
"Jangan didistorsi susunannya jadi a) korban; b) penyebab korban jd korban; c) enabler-nya si penyebab," sambungnya.
"Ini bukan soal siapa teriak kapan. Kalau lo gak mau teriak juga gak ada yg maksa," tegas Dedek.
Sekadar informasi, Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Imran mengungkapkan kondisi Ade Armando yang mengalami luka parah di kepala.