FAJAR.CO.ID, MAKASSAR -- Wali Kota Makassar, Moh Ramdhan Pomanto tidak pernah berhenti membuat program yang membuat heboh masyarakat.
Sebelumnya, Danny sudah membuat masyarakat gempar dengan konsep metaverse atau lebih dikenal sebutan lokal Makaverse.
Kali ini, wali kota Makassar dua periode tersebut berencana membuat balapan liar yang difasilitasi pemerintah kota. Program itu kembali disorot. Pasalnya, arenanya bakal menggunakan jalan nasional, A.P Pettarani.
Pengamat sosiologi politik Universitas Hasanuddin, Sawedi Muhammad mengatakan, program Danny memang bombastis dan meledak-ledak. Namun, bukannya dinikmati masyarakat, malah banyak menuai kontroversi.
"Begitu banyak program Danny Pomanto yang menghebohkan publik karena dinilai bombastis dan penuh dengan buzzwords. Sayangnya tidak banyak dirasakan manfaatnya bagi publik, bahkan lebih sering menuai kontroversi,"katanya.
Usai terpilih kembali jadi wali kota kedua kalinya, Danny langsung membuat terobosan dengan Makassar Recover sebagai upaya pemberantasan Covid 19. Namun lagi-lagi keberhasilan program yang menelan anggaran jumbo itu tidak pernah diterangkan ke publik.
"Makassar Recover misalnya. Program ini menghabiskan anggaran ratusan milyar, tetapi item apa saja yang dibelanjakan, capaian programnya apa saja tidak pernah terungkap ke publik. Setelah itu muncul program resetting pemerintahan, yang berujung pada kisruhnya RT/RW sekota Makassar,"ujarnya.
Tak berhenti sampai di situ, kontroversi lain yang banyak sorot publik adalah resetting pemerintahan. Danny langsung bersih-bersih pejabat. Mulai dari tenaga kontrak, RT RW, hingga eselon II.
"Danny dan timnya bahkan tidak mampu menjelaskan apa itu resetting pemerintahan, konsep yang tidak dikenal di tata kelola birokrasi pemerintahan atau berkaitan dengan prinsip good governance. Program ini menyebabkan kegaduhan berkepanjangan di akar rumput,"jelasnya.
Bahkan kata Sawedi, Makaverse merupakan contoh program latah yang dibuat Danny. Sebab saat itu, konsep metaverse baru saja diperkenalkan di luar negeri. Bahkan pemerintah Indonesia belum menerapkannya.
"Program teranyar adalah Makaverse. Program yang Danny sendiri tidak terlalu paham tetapi ngotot dibahas di Rakor Khusus. Bisa dibayangkan program ini tidak akan efektif dan hanya sebagai slogan gagah-gagahan di tengah perbincangan metaverse yang belum jelas juntrungannya,'tuturnya.
Menurut Sawedi, Perilaku Danny yang selalu bombastis setiap memulai program dapat berimplikasi terhadap reputasinya yang menggemari kontroversi. Misalnya saja, perdebatannya dengan Ikatan Dokter Indonesia perihal indikator vaksin lansia sebagai ukuran PPKM.
"Danny menyatakan protes karena indikator vaksin lansia itu tidak realistis karena memvaksin orang tua memiliki banyak prosedur. IDI menanggap ide Danny tidak realistis karena indikator itu berlaku di seluruh Indonesia dan tidak bisa diubah. Kalau mau PPKM nya turun, maksimalkan vaksinsi di kategori lansia, bukan justru indikator yang diubah,"urai Sawedi.
Yang terakhir adalah perseteruan Danny dengan Balai Besar Pelaksanaan Jalan (BPPJN) karena rencananya mengadakan balapan di jalan Pettarani dinilai berisiko dan berbahaya. Danny bahkan mengancam BPPN untuk menghambat apabila ada urusannya dengan pemkot Makassar.
Dari perspektif sosiologis, perilaku Danny yang melulu memilih pendekatan diametral sangat berbahaya karena akan menimbulkan kegaduhan berkepanjangan dan ketidakstabilan dalam pemerintahan.
"Di era yang penuh ketidakpastian karena pandemi Covid-19, sepatutnya leadership seorang pemimpin mengedepankan semangat kolaboratif-kemitraan dengan berbagai stakeholder, bukan menyemai permusuhan di semua level,"jelas Sawedi.
Menurut Sawedi, Danny Pomanto terlalu percaya akan kemampuan kognitifnya yang seakan menguasai segala hal. Bahkan terkesan Danny lebih memahami isu-isu yang dia sendiri sebenarnya awam dari pakar yang memang ahli di bidangnya.
"Celakanya, Danny ngotot kalau ia sangat menguasai seluruh persoalan di Makassar, padahal publik banyak menilai bahwa Danny adalah bahagian dari persoalan besar yang dihadapi kota ini,"bebernya.
Sawedi mengungkapkan, perilaku yang ditunjukkan Danny berkaitan dengan teori keterbatasan rasional. Apa itu?
Pertama, sistem kognitif bekerja dengan bahan-bahan yang serba terbatas dan seorang Danny Pomanto bukanlah pribadi yang sempurna. Rasionalitasnya dalam mengambil keputusan apapun sangat terbatas akibat rumitnya persoalan, keterbatasan kemampuan berpikir dan waktu yang sangat terbatas. Karena menganggap dirinya powerful, maka setiap keputusan yang diambilnya tidak lagi dipertimbangkan secara matang.
Kedua, keputusan yang diambil akan selalu beririsan dengan emosi, subjektifitas, hysteria dan faktor psikologis lainnya. Karena tipikalnya yang dominan, hampir seluruh keputusannya tidak melalui proses diskusi dan konsultasi dengan berbagai pihak tetapi diputuskan secara egoistis.
Ketiga, Danny terus menerus melahirkan keputusan yang kontroversil karena sangat sedikit kritikan dan masukan konstruktif yang diberikan kepadanya sebagai feedback. Kebanyak orang di sekelilingnya adalah mereka yang yes men alias asal bapak senang. Pada akhirnya Danny menganggap bahwa apapun yang diputuskannya selalu menjadi kebijakan yang terbaik.
Agar itu tidak terulang, Sawedi kemudian menyarankan Danny menyiapkan ruang untuk melakukan refleksi dan evaluasi. Undang berbagai pihak untuk melakukan dialog melalui komunikasi dua arah yang partisipatif.
Minta masukan konstruktif dan tindaklanjuti dengan aksi nyata agar anggapan bahwa Wali Kota selalu benar dapat diluruskan. Selain itu, hindari mengeluarkan pernyataan yang bernada mengancam dan mengundang permusuhan.
"Sebagai pemimpin yang diharapkan membawa perubahan positif bagi pembangunan kota, Wali Kota harus tampil sebagai Wali Wanua yang mengayomi seluruh elemen masyarakat tanpa kecuali," imbuhnya.
Terakhir lanjut Sawedi, sangat urgen bagi seorang pemimpin di Kota Makassar untuk menyelami apa yang disebut dalam budaya Bugis-Makassar sebagai "Pangadereng".
"Filosofi ini adalah produk norma masyarakat yang di dalamnya berisi unsur-unsur yang secara keseluruhan mengatur pola prilaku, bahasa, aturan, interaksi dan tatanan sosial dan aspek religius. Pangadereng terdiri dari lima unsur yang saling terintegrasi yaitu Ade, Bicara, Rapang, Wari dan Sara'," katanya.
Sawedi menjelaskan, menjadi pemimpin yang dihargai dan dihormati, pemimpin harus memahami dan mengamalkan nilai-nilai luhur pangadereng.
"Tanpa pemahaman terhadap pangadereng, kepemimpinan akan berakhir tragis karena akan terus menerus mengalami benturan kebudayaan dengan masyarakat yang dipimpinnya," pungkasnya. (ikbal/fajar)