FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- K.H. Ahmad Bahauddin atau yang lebih dikenal Gus Baha dalam tausiahnya mengingatkan untuk jangan terlalu membesar-besarkan hal yang berpotensi membuat orang biasa jadi susah menjalankan syariat Islam.
Gus Baha merupakan ulama Nahdlatul Ulama yang berasal dari Rembang. Ia dikenal sebagai salah satu ulama ahli tafsir yang memiliki pengetahuan mendalam seputar al-Qur'an.
Ia merupakan salah satu murid dari ulama kharismatik, Kiai Maimun Zubair.
Dalam utas yang ditulis akun Twitter @SejarahUlama, Gus Baha menyebut "Hindarilah omongan seperti misalnya saat bulan Ramadhan: "Rugi, Ramadhan hanya setahun sekali kok gak salat tarawih di masjid berjamaah."
Gus Baha lantas mengatakan, itu namanya tak menghargai perasaan orang.
“Di luar sana itu, ada satpam, penjaga toko, tukang ojek, tukang parkir, dan banyak pekerja di malam hari yang mungkin menangis di dalam hati. Mereka juga ingin tarawih, tapi apa daya mereka sedang bekerja,” katanya dikutip pada Selasa (19/4/2022).
“Tarawih itu sunah. Sementara mencari nafkah itu wajib. Menghindari diri dari kemiskinan secara ekonomi supaya tidak menjadi beban orang lain, itu hal yang utama".
"Dan dalam riwayat jelas sekali, Kanjeng Nabi itu sangat mencintai salat tarawih, tapi beliau sengaja meninggalkannya setelah beberapa hari salat, supaya tarawih tidak dianggap sebagai ibadah wajib.”
Bahkan dalam hal salat wajib, Gus Baha mewanti-wanti agar imam salat jangan terlalu lama membaca bacaan salat.
"Kanjeng Nabi itu sangat suka salat. Suatu saat ketika Kanjeng Nabi mengimami salat, beliau mendengar bayi menangis.