FAJAR.CO.ID, WASHINGTON DC - Indonesia terus ditekan untuk memasukkan konflik Rusia dan Ukraina ke dalam agenda presidensi G20 2022.
Terbaru, aspirasi tersebut disuarakan dalam pertemuan menteri keuangan dan gubernur bank sentral (FCMBG) negara-negara G20 di Washington DC, Amerika Serikat.
Dalam pertemuan yang dihadiri perwakilan Ukraina sebagai undangan itu, Indonesia ditantang memanfaatkan presidensi G20 untuk melahirkan solusi bagi konflik bersenjata di Eropa Timur tersebut.
“Anggota meminta agar situasi geopolitik saat ini terutama terkait perang di Ukraina harus ditangani,” kata Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers FMCBG G20 Ke-2 yang diikuti Antara di Jakarta, Kamis.
Perang yang berkecamuk di Ukraina sejak 24 Februari lalu telah memperburuk situasi global di saat upaya pemulihan dari pandemi Covid-19 belum benar-benar berjalan. Konflik itu juga berdampak negatif terhadap perekonomian, seperti memicu lonjakan harga energi, pangan dan pupuk.
Sri Mulyani menegaskan Indonesia yang sedang menjabat sebagai Presidensi G20 dalam situasi yang sangat dinamis ini akan terus berkomunikasi dan berkonsultasi secara intensif dengan seluruh anggota G20.
“Karena tata kelola G20 sebenarnya didasarkan pada konsultasi sekaligus kerja sama,” tegasnya.
Indonesia terus berdiskusi dengan seluruh negara anggota untuk menemukan jalan keluar dari berbagai risiko ekonomi global yang tidak hanya datang dari perang di Ukraina melainkan juga belum selesainya pandemi.
Exit strategy dibutuhkan karena saat ini berbagai negara mengalami ancaman inflasi yang tinggi, serta kenaikan harga energi dan pangan yang akan semakin menciptakan situasi menantang bagi para pembuat kebijakan.