Dia mempertanyakan kenapa sebagai pimpinan DPR, Fahri membiarkan ratusan pekerja taman dan kebersihan DPR tidak digaji hingga sehari sebelum Idulfitri.
"Ketika itu saya seharian berkeliling meminjam uang sana sini dan mengagunkan BPKB agar gaji ratusan pekerja itu bisa dibayar DPR sehari jelang Hari Raya Idulfitri," ucapnya.
"Saya tidak melihat Fahri menemani saya saat beradu otot leher di kesekjenan DPR agar gaji Pamdal DPR tidak dipotong Rp 500 ribu perbulan untuk sertifikasi pengamanan," katanya.
"Apakah Fahri sebagai pimpinan DPR tidak tahu kalau upah Pamdal dipotong Rp 500 ribu, sama saja mengubur mimpi sekolah anak anak Pamdal itu? Bukankah sebagai pimpinan DPR Fahri bisa mencegah pemotongan itu?" ujarnya.
Adian juga mempertanyakan keberadaan Fahri Hamzah pada 2014, ketika dirinya harus ke Lembaga Pemasyarakatan Sulawesi Tengah lalu kembali ke Jakarta untuk meyakinkan Presiden Jokowi agar membebaskan Eva Susanti Bande.
Eva merupakan salah satu aktivis 98 yang pada 2013 divonis empat tahun penjara karena memperjuangkan petani sawit di Sulawesi Tengah.
"Di mana Fahri ketika saya dan aktivis 98 lainnya berkali kali meyakinkan Presiden Jokowi agar menggunakan kewenangannya untuk membebaskan puluhan tahanan politik Papua?" katanya lagi.
"Banyak dan teramat banyak cerita yang bisa saya sampaikan. Maaf, jika saya menguraikan semua itu," paparnya. (jpnn/fajar)