FAJAR.CO.ID, OPINI -- Terdapat beberapa kasus keberadaan kontaminan bakteri pada makanan yang beredar luas di masyarakat. Kasus seperti ini bukan yang kali pertama terjadi di Indonesia. Peristiwa ini dapat memicu munculnya foodborne disease yaitu suatu penyakit yang muncul akibat mengonsumsi makanan dan minuman yang telah terkontaminasi oleh bakteri yang bersifat patogen ataupun mengandung zat toksin.
Penyebab terjadinya foodborne disease dapat terjadi karena kurangnya sanitasi dari proses produksi yang tidak memiliki standar yang cukup baik. Masyarakat sebagai konsumen harusnya mendapatkan keamanan dari makanan atau minuman yang dikonsumsi. Para pelaku usaha harusnya lebih sadar akan food safety.
Food safety merupakan cara penanganan bahan pangan yang tepat agar konsumen bisa terhindar dari keracunan makanan. Adanya food safety memberikan keamanan kepada masyarakat dalam mengonsumsi makanan tersebut. Foodborne disease dapat dipicu karena buruknya proses pengolahan, sarana, dan prasarana serta cara pengolahan bahan pangan yang kurang tepat.
Terdapat beberapa proses pengolahan bahan pangan, baik menggunakan panas (termal) atau tidak (non termal). Salah satunya adalah High Hydrostatic Pressure (HHP) yang termasuk dalam pengolahan nontermal.
High Hydrostatic Pressure (HHP) merupakan pengolahan pangan dengan menggunakan tekanan tinggi sekitar 100-1000 MPa sehingga bisa menyebabkan inaktivasi mikroba patogen sehingga menambah umur simpan produk pangan.
Proses pengolahan HHP dilakukan dengan menempatkan bahan pangan ke dalam suatu wadah yang telah berisi suatu cairan. Cairan tersebut nantinya akan mendistribusikan atau mentransmisikan tekanan hidrostatik kepada bahan pangan sehingga akan memengaruhi karakteristiknya (Torres et al., 2009).