“Itulah buya. Tidak pernah lupa pada kami. Selalu tulus memberi nasihat,” ucapnya.
Tak heran, jika Buya Syafii adalah sosok yang sangat disegani. Bahkan tidak jarang, politikus datang secara khusus untuk meminta nasihat.
“Seperti biasa, Buya akan menyampaikan nasihat secara tegas, lugas, dan bermartabat,” ujarnya.
Ia menyebutkan, Buya Syafii Maarif memberikan nasihat bukan untuk mengharapkan sesuatu. Semuanya selalu dilakukan dengan ketulusan.
Sikap tulus tersebut, diakui Saleh, sudah terpatri sejak lama karena pengalaman hidup yang dijalaninya.
Buya Syafii Maarif menganggap bahwa apa yang diraihnya hari ini jauh dari apa yang pernah dibayangkan sebelumnya karena dulu sangat susah.
Sampai-sampai, beliau pernah bilang seperti ini, ‘Kalau bukan karena belas kasihan ombak, maka tidak mungkin saya terhempas ke tepian pantai”
Begitulah ungkapan yang disampaikan untuk menggambarkan keprihatinan hidupnya.
Selain itu, kata Saleh, kecintaan Buya pada bangsa ini adalah bagian dari rasa syukurnya.
Buya Syafii Maarif merasa bahwa berbagai ketidakadilan, kesenjangan, konflik dan kekerasan harus diakhiri.
“Indonesia harus menjadi rumah bagi semua. Tidak boleh ada diskriminasi. Tidak boleh ada yang ditinggalkan. Semua harus diperlakukan sama, setara, dan adil,” kenang Saleh. (pojoksatu/fajar)