“Maka mau dikasih Pahlawan Nasional atau tidak, kalau iya kami sangat bersyukur karena itu haknya, kalaupun tidak kami tidak akan memaksa, karena harus datang dari keikhlasan negara kepada pejuangnya,” tambahnya.
KH Muhyiddin lahir di Garut pada 1878. Dalam dakwahnya, KH Muhyiddin selalu mengajak rakyat untuk menantang penjajahan pemerintahan Kolonial Belanda, sehingga Mama Pagelaran ini sempat ditawan pada 1939.
Setelah proklamasi kemerdekaan KH Muhyiddin membentuk pasukan Hizbullah Pagelaran yang terdiri dari santri, alumni santri, jamaah pengajian, dan masyarakat Subang.
Pasukan Hizbullah pun ikut terlibat dalam penyergapan konvoi tentara NICA di Ciater bersama BKR kala itu.
Tak hanya itu, KH Muhyiddin juga pernah memimpin pasukan yang lebih besar dan bermarkas di Ciwakari bersama BKR yang dipimpin Kolonel Sukanda Manggala Brata.
Dalam salah satu pertempuran pun putra dari KH Muhyiddin gugur sebagai syuhada.
Postingan Ridwan Kamil di Instagram pribadinya, 3 April 2017 silam, menunjukan sedang mengunjungi sebuah Pondok Pesantren Pagelaran I di Subang. (pojoksatu/fajar)