FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Pertemuan Menteri Luar Negeri G20 alias G20 Foreign Ministers’ Meeting (FMM) di Nusa Dua, Badung, Bali, menjadi ajang pertemuan para menlu. Mereka saling bertemu dan membahas banyak hal.
Namun, langkah tersebut tidak dilakukan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken yang tengah berkonfrontasi dengan Rusia.
Antony Blinken memilih tidak menemui Menlu Rusia Sergey Viktorovich Lavrov meskipun keduanya menghadiri FMM G20 di Nusa Dua, Badung, Bali.
Blinken saat menjawab pertanyaan wartawan mengatakan belum memiliki keinginan untuk menempuh jalur diplomasi yang bermakna.
“Amerika Serikat akan selalu berusaha menempuh jalur diplomasi untuk mengakhiri konflik dan menciptakan perdamaian. Namun, upaya tersebut menjadi masalah saat dihadapkan dengan agresi Rusia di Ukraina. Problemnya, kami tidak melihat adanya tanda-tanda, atau apa pun yang menunjukkan Rusia pada saat ini ingin terlibat dalam diplomasi yang bermakna,” dalih Antony Blinken di Badung, Bali.
Menurut banyak pihak, sikap Menlu AS Antony Blinken justru membuat upaya negosiasi damai makin mundur.
Blinken menyampaikan jika Rusia menunjukkan iktikad untuk negosiasi damai dan mengakhiri agresi di Ukraina, maka AS siap untuk terlibat dalam perundingan.
“Jika ada peluang untuk berdiplomasi, tentu kami akan memanfaatkan itu,” beber Antony Blinken.
Namun, apabila Rusia tetap melanjutkan agresinya, maka AS juga terus menyalurkan bantuan untuk Ukraina.
Amerika, menurutnya, akan terus menggalang dukungan di forum-forum internasional untuk menekan Kremlin.
Dampak agresi Rusia sangat mengerikan. Amerika memperkirakan 11 juta warga Ukraina mengungsi.
Jumlah itu, menurut Blinken, lebih dari seperempat populasi Ukraina.
“Jumlah pengungsi akan terus bertambah, jika agresi terus berlangsung,” ucapnya.
Oleh karena itu, Blinken mengajak negara-negara dunia, khususnya anggota G20, agar menyalurkan bantuan kemanusiaan untuk Ukraina.
Blinken mengatakan bahwa kehadiran Lavrov pada Pertemuan Menlu G20 di Bali menjadi kesempatan bagi Rusia untuk mendengar langsung permintaan sejumlah negara agar agresi berhenti, dan blokade di Laut Hitam serta Odessa dicabut.
“Dia (Lavrov, red) mendengar sangat jelas dan terang dari dunia, bukan hanya negara anggota G7, tetapi negara-negara lain agar Rusia menghentikan agresinya. Semua negara minta Rusia membuka blokade sehingga bahan pangan pokok (dari Ukraina) dapat terdistribusi ke pasar dunia,” ungkap Menlu AS.
Namun, harapan tersebut tampaknya bertepuk sebelah tangan saat Menlu Sergey Lavrov meninggalkan lokasi pertemuan seusai berbicara di forum. (jpnn)