FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Sri Lanka dinyatakan bangkrut akibat dampak resesi, salah satunya krisis utang. Rasio utang negara yang berjuluk 'Mutiara Samudera Hindia' tersebut terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai 117 persen.
Anggota Komisi XI DPR RI Kamrussamad mengingatkan Menteri Keuangan Sri Mulyani untuk tidak meremehkan ancaman resesi ekonomi saat ini.
Menurutnya, meski struktur dan fundamental ekonomi Indonesia dikatakan jauh lebih baik dibandingkan dengan apa yang terjadi di Sri Lanka, namun bukan berarti bebas ancaman resesi.
Politisi Gerindra ini pun membandingkan rasio utang terhadap PDB negara Sri Lanka dan Indonesia. Tak hanya itu, ia mengkhawatirkan rasio utang Indonesia bisa meningkat di tengah pelemahan nilai tukar rupiah saat ini.
"Krisis Sri Lanka dipicu salah satunya oleh krisis utang. Rasio utang to PDB mencapai 117 persen. Sementara rasio utang Indonesia saat ini 38 persen terhadap PDB. Meski demikian, di tengah pelemahan nilai tukar rupiah, rasio ini bisa meningkat." ujar Kamrussamad dari Arena FEKDI G20 Nusa Dua Bali.
Bahkan, kata Kamrussamad, International Monetary Fund (IMF) memprediksi ekonomi global yang makin suram. Terbaru, survei Bloomberg bahkan memasukan Indonesia ke dalam 15 negara di dunia yang terancam resesi.
"Survei Bloomberg, menempatkan Indonesia negara terancam resesi bersama Sri Lanka, New Zealand, Korea Selatan, Jepang, China, Hongkong, Australia, Taiwan, Pakistan, Malaysia, Vietnam, Thailand, Filipina, Indonesia, lalu India," jelasnya.