"Sehingga kalau mau mengungkap ini nggak usah jauh-jauh. Ikuti alur pistol itu. Kan ada 2 pistol yang katanya digunakan buat tembak menembak. Datang saja ke gudang senjata. Tinggal dimasukkan nomor pasti muncul siapa pemegangnya. Mudah, tinggal umumkan pistol nomor sekian dipegang oleh siapa. Kalau namanya tidak muncul ini akan jadi pertanyaan lagi. Siapa yang memasukkan pistol itu," urainya.
Dikatakan, setiap senjata yang masuk secara legal dan dipegang oleh orang yang sah, pasti yang bersangkutan memiliki kartu pemilik senjata (KPS).
Pistol, lanjut Soleman, punya catatan harian. Mulai pistol itu datang, diserahkan kepada orangnya, siapa yang menggunakan, berapa peluru yang diserahkan dan berapa puluru yang masih tersisa ada catatan hariannya.
"Dari catatan harian pistol itu bisa diketahui siapa pemegangnya. Pada hari itu juga bisa diketahui pistol itu ada dimana. Paling tidak kepala gudang senjata tahu siapa yang pegang pistol nomor itu. Apakah sesuai seperti yang disampaikan Kapolres Jakarta Selatan atau tidak. Karena hanya Pak Kapolres yang tahu. Nah, masyarakat ini tahunya hanya satu. Yaitu Brigadir J mati dan sudah dikuburkan. Itu saja. Yang lain-lain hanyalah logika-logika yang timbul berdasarkan yang disampaikan polisi," paparnya.
Seperti diberitakan, aksi baku tembak yang terjadi di kediaman Kadiv Propam Polri Irjen Pol Ferdy Sambo terus diselidiki.
Informasi yang dihimpun tim penyelidik, insiden penembakan terjadi karena Brigadir Nopransyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J diduga melecehkan istri Ferdy Sambo. Yaitu Putri Candrawathi.