Rusia Serang Pelabuhan Odessa Usai Perjanjian Istanbul, Zelensky Bilang Tindakan Barbar

  • Bagikan
Anggota pemadam kebakaran bekerja keras untuk memadamkan kobaran api di Pelabuhan Odessa, Ukraina, yang diserang Rusia (Reuters)

’’Rusia bertanggung jawab karena memperparah krisis pangan global dan harus menghentikan agresinya,’’ terang Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken.

Di sisi lain, Kremlin mengakui bahwa serangan di Pelabuhan Odessa memang terjadi.

Namun, target mereka bukan kapal-kapal untuk ekspor hasil panen Ukraina, melainkan peralatan militer Kiev. Karena itu, Rusia tak merasa telah melanggar kesepakatan.

’’Sebuah kapal perang Ukraina yang berlabuh dan gudang dengan rudal antikapal Harpoon yang dipasok AS telah dihancurkan oleh rudal angkatan laut berpemandu presisi jarak jauh (milik Rusia) di Pelabuhan Odessa di wilayah pabrik perbaikan kapal,’’ bunyi pernyataan Kementerian Pertahanan Rusia, Minggu (24/7).

Otoritas di wilayah Odessa mengungkapkan, pada saat kejadian, hasil panen Ukraina untuk ekspor sudah disimpan di pelabuhan. Untung, ia tidak ikut terkena serangan misil. Meski begitu, Ukraina harus menata kembali area pelabuhan yang baru diserang agar proses ekspor bisa berjalan.

Sejak blokade oleh Rusia, sekitar 20 juta ton hasil panen Ukraina terjebak di wilayah pelabuhan. Imbasnya, terjadi kenaikan harga pangan. Terutama di wilayah Afrika. Negara-negara di benua itu sangat bergantung pada impor gandum dari Rusia dan Ukraina.

Hal serupa dirasakan negara-negara Asia. Filipina, misalnya. Toko-toko roti kini memperkecil ukuran pandesal. Yakni, roti manis yang biasa dikonsumsi penduduk Filipina. Kelangkaan gandum membuat para pembuat roti harus memutar otak agar tak menaikkan harga.

’’Kami terpaksa memperkecil ukurannya agar (usaha) ini bisa bertahan,’’ ucap Jam Mauleon, pemilik Matimyas Bakery di Manila.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan