FAJAR.CO.ID, MAKASSAR -- Kisruh yang terjadi di internal DPD Golkar Sulsel beberapa hari lalu ditanggapi dingin oleh pengamat politik Arief Wicaksono, Senin (25/7/2022).
Arief Wicaksono mengatakan perseteruan yang terjadi di internal DPD Golkar Sulsel merupakan hal yang biasa terjadi dalam sebuah organisasi.
"Tensi politik yang memanas dalam internal DPD I Golkar Sulsel saat ini, sebenarnya sebuah dinamika biasa dalam tubuh sebuah partai politik. Apalagi partai politik ini adalah Partai Golkar," ucapnya.
Lebih lanjut Arief Wicaksono mengingatkan kembali perihal perseteruan yang pernah terjadi di internal partai berlambang pohon beringin itu.
Ia mencontohkan, perseteruan antara kubu Aburizal Bakrie dan kubu Agung Laksono di level DPP.

Di level DPD I Sulsel, juga pernah ada terjadi dinamika antara kubu Syahrul Yasin Limpo (SYL) dan kubu Ilham Arief Sirajuddin (IAS), atau antara kubu SYL dan kubu Nurdin Halid (NH).
"Semua perseteruan itu akhirnya selesai dengan upaya-upaya konsiliasi dan rekonsiliasi yang mengedepankan prinsip kolegialitas antara para tokoh," katanya.
Tentunya, perseteruan dalam internal DPD Golkar Sulsel memiliki dampak jangka panjang.
"Ke depan, dinamika internal itu pasti bersama secara langsung ataupun tidak langsung, bukan hanya kepada elektabilitas partai, tetap yang paling parah adalah terhadap Party Identification (Party ID), dimana proses pengenalan identitas partai dalam masyarakat, menjadi semakin berkurang dan berangsur hilang," lanjut Arief Wicaksono.
Menurut Dosen Universitas Bosowa itu, party id Partai Golkar di Sulsel telah terlihat pudar.
"Di Sulsel, tanda-tanda mulai pudarnya party id Partai Golkar terlihat jelas dari berkurangnya komposisi kepemilikan kursi di parlemen, atau DPRD. Juga terlihat dari semakin berkurangnya kepala daerah yang berasal, atau minimal didukung oleh Partai Golkar," tutupnya. (Ibrahim Rewa/Fajar)