Selain itu, persoalan yang harus Prilly Latuconsina adalah seakan dipaksa jadian dengan Aliando Syarief yang jadi lawan mainnya saat itu.
“Waktu itu sinetron meledak aku dipasangkan dengan pasangan saat itu, tiba-tiba orang menuntut harus pacaran sama dia. Padahal aku punya kehidupan normal yang lain. Saat itu aku dipasangkan dengan Aliando, orang ngeship,” jelasnya.
“Positif thinking-nya, berarti kita bagus akting orang baper benaran, sinetronnya laku. Tapi negatif side-nya jadi banyak tekanan, pemberitaan di infotainemnt yang menekan aku. Apa saja jadi berita dan memenuhi ekspektasi orang,” tukasnya.
Prilly merasa menjadi stres karena bullyan dan tekanan netizen. “Dibully Kayak kita jadi orang yang paling salah di dunia. Stres banget, aku kan di sini punya keluarga, lu (netizen) nge-bully orang, lu lupa orang ini punya keluarga, apalagi keluarga aku sangat dekat, ketika aku dibully aku harus melindungi hati mama aku, papa aku, opa aku,” tuturnya.
Saat itulah keputuasaan menghinggapi Prilly. Niat bunuh diri datang. Namun, di sisi lain dia takut melakukannya. “Aku pengen mati, kalau nyayat takut darah, minum obat nyamuk kalau enggak mati sakit tenggorokan. Aku mau bunuh diri yang enggak sakit. Di momen itu, aku depresi empat hari enggak keluar kamar, sampai takut buka Instagram,” bebernya.
Beruntungnya, orang tuanya membuatnya sadar untuk mensyukuri kehidupannya yang berlimbah ketenaran dan rejeki di saat orang lain menginginkan itu, namun tidak bisa.
“Habis itu aku sadar, ya apa gunanya mengakhiri hidup aku karena judgement orang lain yang engak benar. Karena yang tahu diri kita adalah kita. Yang buat sadar orang tua,” sambungnya.