Harga Pertalite Berpotensi Naik Lagi, Politisi Gerindra: Subsidi Lebih Baik Dialihkan ke Proyek IKN

  • Bagikan
Politikus Gerindra, Arief Poyuono

FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis RON 90 atau Pertalite berpotensi naik. Hal ini pun mendapat reaksi dari berbagai pihak. Ada yang pro, ada yang kontra.

Politisi Partai Gerindra, Arief Poyuon misalnya. Dia menyebut, subsidi BBM lebih baik dialihkan ke proyek IKN.

“nah ini yg kita tunggu2 bersama Harga BBM naik. subsidi lebih baik dialihkan ke Proyek IKN & Kereta Cepat. manfaatnya banyak lohhh,” katanya melalui akun sosial medianya, Kamis, (18/8/2022).

Sementara itu, Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD RI) Sultan B Najamudin meminta pemerintah dan DPR untuk tidak gegabah mengoreksi subsidi energi BBM Bersubsidi yang dinilai sering disalahgunakan demi menjaga ketahanan fiskal dan menggantinya dengan Bantuan Langsung Tunai.

"Kami sangat memahami bahwa tekanan resesi yang diakibatkan oleh inflasi global akan memberikan goncangan yang serius pada bangunan ekonomi nasional. Namun yang paling penting untuk kita sadari bahwa porsi konsumsi masih mendominasi struktur ekonomi nasional", ungkap Sultan melalui keterangan resminya hari ini.

Menurutnya, demi menjaga momentum pemulihan untuk kebangkitan ekonomi nasional yang lebih kuat secara fundamental, mempertahankan kebijakan subsidi energi BBM masih menjadi harapan kekuatan yang sesungguhnya.

Hanya saja pemerintah harus menemukan solusi dalam menekan penyalahgunaan subsidi BBM yang menjadi masalah selama ini yang tidak tepat sasaran. Justru dimanfaatkan sebagian besar oleh kelompok masyarakat mampu kelas menengah keatas.

"Prinsipnya, menghindari mudharat itu lebih utama daripada meraih maslahat. Artinya, pilihan menghindari Inflasi yang menjadi momok ekonomi global itu lebih utama daripada memberikan BLT kepada masyarakat", terangnya.

Bahwa terdapat penyalahgunaan BBM bersubsidi, tentu negara harus menemukan solusinya. Pemerintah harus memiliki sistem penyaluran subsidi energi yang efektif dengan pendekatan hukum yang tegas dalam kebijakan subsidi energi.

Lebih lanjut, Sultan mendorong Pemerintah untuk meningkatkan pemanfaatan energi baru terbarukan khususnya dalam kebijakan B-30 menjadi B-50 dan seterusnya. Demikian juga dengan kebijakan industri otomotif kendaraan listrik secara masif.

"Mengendalikan tekanan APBN dengan pendekatan efisiensi subsidi belum cukup untuk menyelamatkan vitalitas fiskal dari gelombang resesi global. Tapi dengan memastikan daya beli masyarakat terjaga, stabilitas nasional akan lebih terjaga", tutupnya.

Untuk diketahui, Ketua Badan Anggaran DPR Said Abdullah menyarankan Presiden Joko Widodo atau Jokowi untuk menaikkan harga bahan bakar minyak atau harga BBM bersubsidi secara bertahap. Kenaikan harga BBM subsidi sebanyak dua kali pada tahun ini diperlukan agar beban anggaran tak terus meningkat.

Sebelumnya, Staf Khusus Menteri Keuangan Bidang Komunikasi Strategis Prastowo Yustinus mengatakan, APBN 2022 menanggung subsidi BBM Rp502 Triliun.

“Jelas APBN 2022 menanggung subsidi Rp 502 T. Bahwa sebagian skemanya kompensasi, itu juga subsidi melalui Pertamina dan PLN dan ditanggung APBN. Ini rinciannya,” jelasnya, Rabu, (3/8/2022) lalu.

Dia juga mengunggah subsidi dan kompensasi untuk sektor energi sebesar Rp552,9 Triliun. Rp49,5 Triliun akan dibayar tahun depan dalam proses verifikasi dan audit BPK. Sehingga beban tahun 2022 sebesar Rp502,4 Triliun. (selfi/fajar)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan