Namun, berbeda halnya jika pasien memiliki komorbid atau menderita infeksi tambahan ketika terpapar virus tersebut. Misalnya, kondisi lesi atau ruam yang sangat banyak sehingga perlu pengobatan dari dokter spesialis kulit. Kemudian, muncul pneumonia yang mengharuskannya mendapat perawatan dari dokter spesialis paru-paru.
Merespons kasus monkeypox pertama itu, Kemenkes bersama Dinas Kesehatan DKI Jakarta bertindak cepat. Salah satunya, melakukan surveillance pada orang-orang terdekat dari pasien.
Untuk fasilitas kesehatan, Kemenkes memberikan pedoman terkait penyakit tersebut. Mulai gejala hingga penanganan jika ditemukan kasus. Selain itu, disiapkan pula dua laboratorium untuk deteksi monkeypox melalui PCR. Yakni, Laboratorium Penelitian Penyakit Infeksi Prof Sri Oemiyati, BKPK, Jakarta, dan Lab Pusat Studi Satwa Primata LPPM IPB Bogor. Rencananya, bakal ada penambahan 10 lab lagi di sejumlah daerah.
Menurut dia, deteksi monkeypox melalui usapan atau swab PCR agak berbeda dengan Covid-19. Pada penyakit itu, swab dilakukan pada ruam atau cacar yang dicurigai. Bukan di mulut. (jpg/fajar)