FAJAR.CO.ID -- Junko Furuta, gadis remaja di Jepang. namanya cukup populer di sekolahnya, SMA Yashio Minami. Namun garis waktu mengukir kisahnya dengan nestapa.
Dia menjadi korban kekejian teman sekolahnya sendiri yaitu Hiroshi Miyano. Remaja pria yang gemar membuat onar di sekolah dan punya koneksi dengan sindikat Yakuza. Sangat berbeda dengan Futura, siswi populer berkat paras jelita dan pola pikirnya yang maju.
Sayangnya popularitas Furuta ikut menarik perhatian Miyano. Dia pernah menyatakan perasaannya namun Junko Furuta menolak karena belum tertarik untuk pacaran.
Di sinilah awal mula kisah mengerikan seorang gadis remaja di negeri Sakura pada tahun 1980-an.
Junko Furuta lahir di Misato, Kota Saitama, pada 18 Januari 1971. Dilansir dari laman Hops.id, Futura tinggal bersama orang tua dan kedua saudaranya.
Dia juga bekerja paruh waktu di pabrik cetakan plastik sejak Oktober 1988. Futura menabung hasil kerjanya demi menjalankan impiannya setelah lulus dari bangku sekolah.
Di malam hari, pada 22 November 1988, Futura beranjak dari tempat kerjanya menggunakan sepeda. Sayangnya, jalan yang dia lewati adalah lokasi Miyano dan kawannya Nobuharu Minato berburu wanita untuk diperkosa dan dirampok.
Miyano dan temannya pun menyusun rencana untuk melakukan pemerkosaan kepada Furuta.
Miyano memerintah temannya, Minato, untuk menendang sepeda Furuta lalu kabur. Saat Furuta terjatuh, Miyano berpura-pura datang menolongnya lalu mengantar Furuta pulang ke rumahnya.
Furuta saat itu tidak menolak. Sialnya dia justru dibawa ke sebuah gudang tua tidak jauh dari lokasinya saat terjatuh. Miyano kemudian mengancam dengan jargonnya sebagai sindikat Yakuza.
Furuta kemudian dibawa ke sebuah hotel dan Miyano menghubungi kawanannya, Minato, Jo Ogura, dan Yasushi. Keempat orang itu membawa Futura ke rumah orang tua Minato.
Di Rumah tingkat dua itulah Miyano bersama ketiga temannya memerkosa Furuta, remaja yang baru saja merayakan ulang tahunnya yang ke-17.
Sesaat para lelaki bejat itu lengah, Furuta sempat kabur. Namun dengan fisik yang lunglai usahanya gagal. Minato kembali menakuti Furuta dengan ancaman Yakuza akan membunuh keluarganya jika dia berusaha kabur lagi.
Beberapa hari berikutnya, 27 November 1988, orang tua Junko Furuta menghubungi kepolisian karena cemas anak gadisnya tak kunjung pulang.
Tidak lama berselang, untuk menghindari pencarian polisi. Miyano memaksa Furuta berbohong bahwa dirinya sedang menginap selama beberapa hari di tempat temannya dan meminta polisi menghentikan pencarian dirinya.
Sementara di Rumah Minato, orang tuanya tidak menaruh curiga karena Furuta dipaksa untuk mengaku sebagai pacar dari salah satu penyekap.
Hari demi hari Furuta jalani dengan porsi penyiksaan di luar batas kemanusiaan saat tertawan di kamar Minato selama 44 hari.
Dirangkum dari berbagai sumber, dalam laporan resmi pengadilan Jepang tentang penyiksaan Junko Furuta.
Furuta diperkosa lebih dari 400 kali. Tubuhnya digantung seperti samsak tinju dan hampir setiap saat dipukuli. Dia dibiarkan kelaparan tapi juga dipaksa memakan kecoa atau meminum urinnya sendiri.
Beberapa bagian tubuhnya dibakar, termasuk ditempeli lilin panas di kelopak matanya. Bagian tubuhnya yang lain juga dimutilasi.
Dia dipaksa untuk mastrubasi dihadapan para lelaki bajingan itu meski dalam kondisi sakit karena penyiksaan yang tak mereda. Kemaluan dan anusnya dimasukkan benda-benda yang membuatnya pendarahan.
Dia juga pernah meminta untuk segera dibunuh saja agar penderitaannya berakhir, namun para pelaku menolaknya. Mereka malah menambah penderitaan Furuta dengan memaksanya tidur di balkon saat musim dingin.
Puncak penyiksaan yang dirasakan Furuta, selama dari sebulan berada dalam penyekapan adalah pada 4 Januari 1989. Tubuh Furuta mulai membusuk namun tetap mendapat penyiksaan.
Selama kurang lebih dua jam disiksa, Furuta yang malang terjatuh dan tak sadarkan diri. Di waktu itulah dirinya tidak lagi merasakan penderitaan di kamar Minato.
Akhir kisah, para pelaku kemudian membungkus tubuh Furuta dengan selimut, lalu menempatkannya ke drum bervolume 200 liter dan menuangkan semen basah. Pukul 8 malam, mereka membawa drum itu ke sebuah daerah bernama Koto di Tokyo, kemudian membuangnya ke dalam truk semen.
Tak berselang lama, para pelaku dalam kasus Junko Furuta akhirnya ditangkap pada akhir Januari 1989 atas kasus pemerkosaan perempuan lainnya.
Berdasarkan penyelidikan kepolisian jenazah Furuta berhasil ditemukan pada 30 Maret. Penemuan mayat Furuta berlanjut ke pengadilan, Miyano dan pelaku lainnya ditetapkan sebagai tersangka.
Namun, vonis para pelaku di kasus Junko Furuta dinilai tidak adil dalam pandangan komunitas internasional. Hukuman paling ringan dibuat pelaku adalah 7 tahun. Semantara yang terberat untuk Miyano selaku inisiator penyekapan hanya 20 tahun kurungan penjara.
Junko Furuta dimakamkan pada 2 April 1989. Keluarga dan teman-temannya tertunduk dalam duka yang mendalam. Semua cerita nestapa tentangnya akan berbunga menjadi karya dan pembelajaran tentang kemanusiaan. (Multazim/Fajar)