71 Persen Masyarakat Tidak Tahu Jika Pemerintah Indonesia Masih Impor BBM dari Luar Negeri

  • Bagikan
Ilustrasi pengisian Pertamax (Jawapos)

FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Maraknya isu kenaikan harga BBM bersubsidi ditenggarai kemungkinan membengkaknya beban subsidi sekitar Rp600 triliun pada akhir tahun 2022.

Hal ini disampaikan sebelumnya oleh Manteri Investasi, Bahlil Lahadalia. Ia meminta kesiapan masyarakat untuk menghadapi kebijakan pemerintah yang belakangan memilih untuk menaikkan harga BBM bersubsidi.

"Rasa-rasanya untuk menahan terus dengan harga BBM seperti sekarang, feeling saya harus kita siap-siap kalau katakanlah kenaikan BBM itu terjadi," pinta Bahlil saat Konferensi Pers Perkembangan Pencabutan IUP di Kementerian Investasi, Jakarta, Jumat (12/8/22), dikutip dari Bisnis.com

Lebih lanjut, Bahlil menyebut di tengah harga minyak mentah dunia masih bertengger di angka rata-rata US$105 per barel, diakuinya pemerintah memiliki keterbatasan fiskal untuk tetap memberikan subsidi tersebut.

Lantas, sejauh mana publik mengetahui bahan bakar minyak diimpor (dibeli dari luar negeri) dengan harga pasar dunia?

Baru-baru ini, lembaga survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) merilis hasil survei terbaru yang menampilkan data bahwa hanya 29 persen publik yang tahu bahan bakar minyak yang dikonsumsi Indonesia sebagian besar di beli dari luar negeri.

"Survei SMRC menemukan hanya 29 persen publik yang tahu bahwa sebagian bahan bakar minyak (BBM) yang dikonsumsi di Indonesia sebagian besar diimpor atau dibeli dari luar negeri dengan harga pasar dunia," ungkap Deni Irvani.

Lebih lanjut, Direktur Riset SMRC, Deni Irvani menunjukkan mayoritas publik di Indonesia tidak mengetahui bahwa bahan bakar minyak dibeli dari luar negeri (impor).

"Hasil survei menunjukkan mayoritas publik (71 persen) tidak tahu jika sebagian besar BBM di Indonesia diimpor dari luar negeri," bebernya dalam diskusi bertajuk “Hanya 32 Persen Publik Tahu BBM Disubsidi?” yang disiarkan melalui kanal YouTube SMRC TV, Kamis (25/8/22).

Diketahui bersama, survei SMRC dilakukan secara tatap muka pada tanggal 5 - 13 Agustus 2024. Populasi yang diambil pada survei ini adalah warga negara Indonesia yang memiliki hak pilih dalam pemilihan umum, telah berusia 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah.

Dari populasi itu, dipilih secara random (stratified multistage random sampling) sebanyak 1220 responden.

Sementara response rate sebesar 1053 atau 86%. Diperkirakan margin of error sesuai sampel survei sebesar ± 3,1% pada tingkat kepercayaan 95% (asumsi simple random sampling). (Ibrahim/Fajar)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan