Wacana Kenaikan BBM Berpotensi Sengsarakan Rakyat, Achmad Hafisz Tohir: Jangan Belok-belok Bicara Pensiunan Menjadi Beban Negara

  • Bagikan
Warga antre mengisi Bahan Bakar Minyak (BBM) di SPBU Kawasan Jakarta, Rabu (31/8). (MIFTAHULHAYAT/JAWA POS )

FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Rencana keaikan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang sudah digulirkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dinilai sangat berpotensi menyengsarakan rakyat. Bahkan, kenaikan ini juga bisa memukul para pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM).

Anggota Komisi XI DPR RI Achmad Hafisz Tohir menyayangkan, jika memang benar pemerintah jadi menaikkan BBM bersubsidi September tahun ini. Padahal, rakyat kecil sedang merangkak memulihkan ekonominya yang selama dua tahun sebelumnya stagnan karena wabah virus korona.

“Harusnya meringankan beban rakyat, caranya mengendalikan harga BBM untuk rakyat. Dengan kata lain, memberikan tambahan subsidi BBM untuk rakyat miskin sebesar Rp 11,2 trilun,” kata Hafisz dalam keterangannya, Kamis (1/9).

Dia menegaskan, pemerintah harus berani melakukan terobosan untuk menekan inflasi. Setidaknya harga pangan bisa terkontrol dan tidak melambung tinggi.

Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR ini pun menyerukan, pemerintah mestinya fokus pada pembenahan sektor pangan. Hal ini dipandang lebih konkret ketimbang menaikkan harga BBM.

“Fokus kepada ketahanan pangan karena dunia akan mengarah ke sana pasti. Jangan belok-belok bicara pensiunan menjadi beban negara, itu menyakitkan orang tua kita semua,” keluhnya.

Politikus fraksi PAN itu menuturkan, agar pertumbuhan ekonomi nasional tak terganggu, pemerintah perlu menyusun langkah-langkah strategis. Salah satunya dengan mengurangi impor dan memperkuat ekspor.

“Langkah sederhana ini bisa mengurangi tekanan inflasi agar nilai rupiah tidak ambruk,” pungkas Hafisz. (jpg/fajar)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan