"Karena pertimbangannya kan lembaga besar, Gontor bang," kata dia berlinang air mata.
Soimah merasa anaknya meninggal tidak wajar. Dugaan itu menguat karena dirinya telat dikabari pihak pesantren. Keluarga baru menerima kabar setelah beberapa jam anaknya meninggal.
"Anak saya meninggal di Pesantren Gontor 1 Jawa Timur. Meninggalnya jam 06.40 tapi dikabari pihak pesatren jam 10 pagi," terangnya.
Kecurigaan lainnya kembali diungkap Soimah. Ia menerangkan jasad putranya saat dikafani terus mengucurkan darah. Bahkan kain kafannya harus beberapa kali diganti karena darah dari kepalanya terus mengucur.
"Diduga tindak kekerasan penganiayaan. Kafannya sampai dua kali ganti karena penuh darah. Anak saya umur 17 tahun," ungkap Soimah lagi. (dra/fajar)