FAJAR.CO.ID, JAKARTA — BBM telan mengalami kenaikan sebanyak tujuh kali selama pemerintahan Presiden RI Joko Widodo atau Jokowi.
Menanggapi hal itu, Eks komisioner Komnas HAM Natalius Pigai mengatakan, kenaikan ini sesuai dengan harapan pemilih, pendukung dan Buzzer Jokowi.
“Saya kira kenaikan harga BBM hari ini sesuai dengan harapan pemilih, pendukung dan buzzer Ir. Joko Widodo,” ucapnya melalui akun twitternya, Minggu, (4/9/2022).
Menurutnya, tak heran jika para pendukung menyambut kenaikan harga BBM. Namun di sisi lain rakyat yang dirugikan.
“Jadi bisa dimaklumi jika mereka sambut positif, gembira dan diuntungkan. Yang dirugikan adalah kami yang oposisi dan rakyat yg tidak tahu menahu,” tandasnya.(selfi/fajar)
Inilah rincian riwayat kenaikan dan penurunan BBM selama Jokowi menjabat.
- 2014
November, harga BBM subsidi naik dari Rp 2.000 menjadi Rp 8.500 per liter dan solar naik dari Rp 5.500 per liter menjadi Rp 7.500 per liter. Alasannya karena minimnya anggaran infrastruktur dan kesehatan. - 2015,
1 Januari, harga BBM Premium saat itu ditetapkan Rp 7.600/liter, turun dari Rp 8.500/liter dan Solar turun menjadi Rp 7.250/liter dari harga sebelumnya Rp 7.500/liter. Alasannya karena harga minyak dunia anjlok.
19 Januari, Jokowi kembali menurunkan harga premium dan solar. Harga premium turun menjadi Rp 6.600 dari yang semula Rp 7.600 per liter dan solar berubah jadi Rp 6.400 dari yang semula Rp 7.250 per liter.
1 Maret yang diumumkan pada 28 Februari 2015, harga bensin premium naik Rp 200/liter menjadi Rp 6.800/liter, sementara untuk harga solar tetap Rp 6.400/liter.
28 Maret, menaikkan Rp 500/liter mulai Sabtu, 28 Maret 2015 pukul 00.00 WIB. Harga premium naik dari Rp 6.800 menjadi Rp 7.300 per liter dan solar meningkat dari Rp 6.400 menjadi Rp 6.900 per liter.