FAJAR.CO.ID, MAKASSAR -- Harga bahan bakar minyak (BBM) yang harga melonjak di Indonesia. Tentunya berbanding terbalik di beberapa negara.
Kenaikan harga Pertalite (RON 90) menjadi Rp10 ribu per liter, Bio Solar (CN 48) menjadi Rp6.800 per liter, Pertamax (RON 92) menjadi Rp14.500 per liter di Indonesia pada Sabtu (3/9/2022) membuat isu mahalnya BBM tahun ini makin disorot.
Dua produk pertama masuk dalam kategori BBM Subsidi yang, menurut data Pertamina, berkontribusi 85 persen dari konsumsi BBM nasional.
Menurut data di situs Global Petrol Prices per 5 September 2022, jawabannya ialah Venezuela dengan harga sekitar Rp330,61 per liter jika dirupiahkan.
Perlu diketahui juga bahwa Global Petrol Prices hanya mengacu pada harga BBM RON 95 di seluruh dunia. BBM dengan RON di bawah maupun di atasnya yang dikonsumsi oleh mesin bensin, begitu pula BBM untuk mesin diesel, tak masuk dalam perhitungan.
Sementara itu beberapa produk bensin RON 95 di Indonesia adalah Shell V-Power, Vivo Revvo 95, BP 95. Pertamina sendiri dulunya punya Pertamax Plus, tapi sekarang sudah dihilangkan.
Negara tetangga Indonesia yakni Malaysia menempati peringkat ke-10 dengan harga BBM RON 95 kisaran Rp6.796,03 per liter. Indonesia sendiri ada di peringkat ke-39, dengan harga setara sekitar Rp15.486 per liter.
Harga rata-rata bensin RON 95 di dunia berdasarkan data Global Petrol Price sekarang Rp19.981,89 per liter. Berikut daftar 10 negara dengan BBM RON 95 termurah.
Venezuela - Rp330,61
Libya - Rp452,65
Iran - Rp795,47
Algeria - Rp4.876,85
Kuwait - Rp5.067,71
Angola - Rp5.564,92
Turkmenistan - Rp6.394,20
Nigeria - Rp6.497,60
Kazakhstan - Rp6.588,53
Malaysia - Rp6.796,03.
Sebagaimana tertulis dalam Global Gasoline Prices, negara yang lebih kaya punya harga BBM lebih tinggi, sedangkan negara lebih miskin dan negara yang memproduksi serta mengekspor minyak punya harga BBM yang lebih murah secara signifikan. Amerika Serikat merupakan sebuah pengecualian karena memiliki perekonomian yang maju tapi punya harga BBM terbilang rendah.
Perbedaan harga yang terjadi di negara-negara tersebut bukannya tanpa alasan. Itu terjadi tergantung dari skema perpajakan maupun subsidi. (Erfyansyah/Fajar)
