FAJAR.CO.ID, MAKASSAR -- Dampak kenaikan harga BBM bagi masyarakat sangat terlihat. Mengingat hal tersebut akan berbanding lurus dengan kenaikan harga bahan pokok lainnya. Dan, aksi Unjuk Rasa (Unras) pun memiliki dampak. Tentunya bagi pengguna jalan.
Pengguna jalan bervariatif, ada yang tidak terlalu mendesak untuk sampai ke tujuan, ada juga yang harus sesegara mungkin sampai ke tujuan. Seperti misalnya, mobil kontainer yang kerap dijegal mahasiswa. Harus segera sampai di tujuan. Jika tidak, muatannya akan bermasalah.
"Bagi mahasiswa demo. Antara dukung dan tidak juga. Karena kan istiahnya kami dukung dia demo, yang jelasnya kasi jalanlah untuk masyarakat toh. Demo, demo yang penting jangan anarkis," ujar Akbar supir truk yang terjebak kemacetan akibat demo mahasiswa di depan kampus 1 UIN Alauddin Makassar kepada fajar.co.id, Kamis (8/9/2022).
Istilah katanya, maju kena, mundur kena. Di sisi lain, para supir kontainer mendukung demo. Karena berharap harga BBM bisa kembali turun. Namun, di sisi lain berharap agar tetap memberi jalan kepada masyarakat.
Akbar juga menyinggung masalah waktu. Dia berharap demo bisa berjalan sesuai waktu perjanjian. Tidak diulur. Mengingat tidak sedikit oknum mahasiswa yang sengaja mengulur waktu dan berujung bentrokan.
"Terus, tepak waktu juga. Kita dukung ji. Saya tidak adaji maaalah kalau ditahan mobil. Kukasih ingat ji, tahan mi mobilku, tapi ini kan konteiner listrik. Kalau ada yang dikontak, bukan saya tanggung jawab. Pernah juga kemarin, ditahan di ujung toh, di pertigaan. Nda apa-apa ji naik, tapi konteiner listrik itu kanda. Bagaimana kalau kesetrum ki. Nabilang, jalan maki pale, jalan maki," ujarnya.
Akbar mengaku dampak Kenaikan BBM memang menyiksa sekali. Menyiksa sekali untuk para driver. Perbandingannya kata dia, antara Rp200/300 ribu. Bahkan sampai Rp 400 ribu untuk uang solar.
"BBM naik 32 persen. Sedangkan dari Organda naiknya cuma 25 persen. Baru di kantor 20 persen ji dikasi naik (gajinya). Setengah mati kita ini. Apalagi kita sistem borong," katanya.
Masalah gaji, dia mengaku kenaikan gajinya tidak seberapa dibanding naiknya harga BBM. "Tidak sebanding lah. Mau mi diapa istilahnya orang di rumah juga makan, kita juga mau dinaikkan, dipikirkan juga orang kantor ka," bebernya.
Kabarnya Akbar dari Pallangga, Gowa, menurunkan muatan kemudian kembali ke Makassar, menurunkan kontainer. Dia mengaku sudah berada di depan Kampus 1 UIN Alauddin sedari pukul 12.30. Sampai setelah magrib belum goyang. (Muhsin/Fajar)