FAJAR.CO.ID,JAKARTA — Merebaknya ‘kuman super’ atau superbug disebut menjadi ancaman berat bagi dunia, hal itu disampaikanspesialisasi penyakit dalam Dokter Zubairi Djoerban.
Pasalnya, kata Alumni Universitas Indonesia Ini, kuman yang menyerang yakni Staphylococcus aureus dan Acinetobacter baumannii dalam beberapa kasus di India didapati resisten terhadap antibiotik.
“Di beberapa kasus di India didapati bahwa ada juga yang resistan terhadap antibiotik yang kuat dan yang baru bernama Carbapenem,” ungkapnya melalui akun Twitter pribadinya, Rabu (12/10/2022).
Pendiri Yayasan Lupus Indonesia (YLI) ini bilang, setahun terrakhir terjadi kenaikan 10 persen kasus yang resisten terhadap anti biotik.
Dengan data itu, ia bilang perkara ini jelas masalah berat banget di dunia, khususnya di India.
“Beratnya bagaimana? Sebut saja di Kolkata (India). Tadinya semua orang yang terinfeksi di sana, 65 persennya berhasil diatasi dengan antibiotik lini 1. Nah, sekarang turun. Yang berhasil diobati dengan antibiotik lini 1 itu cuma 43 persen. Jadi ini masalah serius,” jelasnya.
Kata dia, kuman yang resistan terhadap antibiotik sebetulnya masalah natural. Karena bakteri prinsipnya juga ingin tetap hidup, sehingga membuat dirinya menjadi resistan terhadap antibiotic.
Namun Zubairi Djoerban bilang, menjadi masalah besar, ketika angka kejadiannya amat dipercepat oleh salah guna antibiotik.
“Salah guna yang dimaksud adalah antibiotik yang digunakan tidak pada tempatnya. Misalnya infeksi virus, tapi dikasihnya antibiotik. Pada awal pandemi Covid-19, banyak sekali pasien mendapat antibiotik macam-macam, yang menyebabkan perubahan dalam resistansi kuman,” paparnya.