Sebagai perbandingan, outlook terkini pertumbuhan Indonesia tahun 2022 & 2023 dari World Bank adalah 5,1% & 5,1%; ADB 5,4% & 5,0%; dan Bloomberg Forecast 5,2% & 5,0%. Semua lembaga itu memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2023 positif.
Dengan gejolak yang ada, Indonesia diproyeksikan tumbuh 5,0% pada 2023, lebih kuat dari Tiongkok (4,4%), Malaysia (4,4%), Thailand (3,7%), Singapura (2,2%), Australia (1,9%), Jepang (1,6%), AS (1,0%), UK (0,3%), Italia (-0,2%), Jerman (-0,3%) dan Rusia (-2,3%).
“Namun kita harus tetap waspada karena meningkatnya downside risk: miskalkulasi kebijakan moneter, apresiasi dolar AS, tekanan inflasi yang lebih lama, tekanan utang di negara berkembang yang rentan, krisis energi Eropa, krisis sektor properti Tiongkok & fragmentasi internasional,” jelas Prastowo
Dalam jangka pendek kata alumni STAN ini, dapat dilakukan pengendalian inflasi sesuai kondisi negara, komunikasi kebijakan jelas, sinkronisasi dengan kebijakan fiskal bantuan targeted & temporer untuk kelompok rentan, serta menangkal risiko pandemi yang belum usai a.l. dgn pemerataan vaksin.
“Sehingga tepat apabila APBN 2023 mengusung semangat Optimis dan Waspada. APBN akan terus diharapkan menjadi instrumen penjaga perekonomian (shock absorber), saat di periode yang sama harus diuji dengan gejolak ekonomi yang tidak mudah dan belum mereda. Semoga,” tandas mantan Magister Ilmu Filsafat STF Driyarkara ini. (selfi/fajar)