OPINI: Jaga Ketahanan Pangan Pesisir dengan Dorong Non-Timber Forest Product Berbasis Ekosistem Mangrove

  • Bagikan
Ratnawaty Fadilah (Mahasiswa Doktoral Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Pesisir - PSL IPB University)

FAJAR.CO.ID, OPINI -- Mengapa ketahanan pangan terutama di wilayah pesisir menjadi topik “Hangat” yang tidak pernah habis untuk diperbincangkan? Sederhananya, bahwa pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap mahluk hidup yang harus dipenuhi untuk kelangsungan hidupnya.

Ketahanan pangan juga menjadi salah satu indikator keberhasilan pembangunan ekonomi sebuah negara dan menjadi target pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs). Hal tersebut pernah disampaikan oleh Presiden pertama Indonesia Ir. Sukarno dalam salah satu pidatonya saat peletakan batu pertama Fakultas Pertanian UI yang saat ini menjadi IPB tahun 1952 bahwa Pangan Rakyat adalah Soal Hidup dan Mati Bangsa.

Tahun 1984 Indonesia pernah mencatatkan rekor swasembada pangan, namun pencapaian tersebut tidak bertahan lama. Bahkan permasalahan pangan saat ini makin kompleks, terutama di wilayah pesisir. Masalah yang dihadapi saat ini yaitu menurunnya hasil tangkapan ikan, tergerusnya ekosistem mangrove, ekosistem lamun, ekosistem terumbu karang, tingginya penggunaan pupuk dan pestisida kimia di tambak, alat tangkap yang tidak ramah lingkungan, pencemaran laut karena limbah dan plastik, ancaman global warming, penangkapan berlebih, rendahnya kesadaran kita terkait bagaimana mengelola sumber daya alam milik bersama ”Common pole Resources” yang menjamin keberlanjutan.

Produk perikanan menjadi sumber protein hewani terpenting di seluruh dunia. Ikan menyumbang lebih banyak protein untuk dikonsumsi manusia dibandingkan protein dari daging sapi dan unggas. Terutama di negara berkembang, ikan menjadi sumber protein utama karena murah dan yang paling terjangkau oleh masyarakat miskin.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan