“Model hybrid bank yang diusung BRI adalah bentuk community banking yang sangat baik. Kita tidak bisa menghapus aspek “personal touch” bila ingin menjangkau masyarakat, terutama pelaku usaha mikro. Teknologi tidak bisa menggantikan orang, tetapi itu adalah ‘tools’ sehingga business process menjadi lebih efektif,” tambahnya.
Jay membeberkan bahwa kehadiran AgenBRILink menjadi salah satu bukti BRI mampu mengelaborasi digitalisasi bersama personal touch. Melalui proses transaksi yang terdigitalsiasi di agen, masyarakat dapat terlayani secara dekat serta tidak terbatas pada waktu. Hal tersebut sangat dibutuhkan utamanya bagi masyarakat di wilayah 3T (Terdepan, Terluar, dan Terdalam) yang jauh dari jangkauan kantor cabang atau branch unit bank.
“Perpaduan antara digitalisasi dan personal touch ini saya lihat ada di AgenBRILink. BRI membangun penguatan bisnisnya dengan go smaller, meningkatkan sinergitas dan dengan ini bisa melayani berbagai kebutuhan finansial masyarakat Indonesia,” terangnya.
Sementara itu, Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan AgenBRILink merupakan salah satu Langkah perseroan untuk membangun pertumbuhan bisnis dengan operational cost yang relatif lebih rendah dan dapat efektif menjangkau nasabah di wilayah 3T.
Tidak hanya memberikan layanan transaksi keuangan layaknya kantor bank, AgenBRILink juga dapat melakukan referral kredit. “Kita kembangkan menjadi referral credit, sehingga BRI tidak perlu membuka cabang untuk menyalurkan kredit. Progressnya sudah seperti apa? Kita bisa lihat AgenBRILink telah menjangkau lebih dari tiga per empat atau 77% desa di Indonesia,” jelasnya.