Waria Jadi Duta HIV/Aids? Pemerhati Sosial: Seks Menyimpang Tidak Sesuai Tata Kehidupan Berbangsa dan Bernegara

  • Bagikan
Pemerhati Sosial dan Anak, Nur Amelia Kahar.

FAJAR.CO.ID, SINJAI -- Pernyataan Ketua Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Sinjai, Andi Kartini Ottong, terkait pemilihan duta HIV/Aids dari komunitas waria dianggap penting, mendapat respons dari pemerhati sosial dan anak, Nur Amelia Kahar. Dia menilai, waria bukan role model atau panutan yang baik.

Nur Amelia mengaku, pertama kali mengetahui rencana pemilihan duta HIV/Aids melalui surat yang ditandatangani Ketua KPA Sinjai terkait pengangkatan duta dari kalangan pelajar dan komunitas waria. Dia pun sedikit bernafas lega saat KPA Sinjai akan memisahkan pemilihan duta dari pelajar dengan dari waria.

"Sebelumnya saya lihat dari surat yang beredar dan informasi saya dapatkan event tersebut akan mempertemukan pelajar dan waria, untung saja buat itu diurungkan, kalau saja terjadi saya akan kecewa dan protes pasalnya pelajar butuh figur dan role model yang menjadi panutan," jelasnya, Rabu (19/10/2022).

Kendati demikian, rencana pemilihan duta dari kalangan waria juga tidak tepat, sebab duta itu merupakan role model. Sementara waria justru banyak menularkan HIV/Aids. "Duta itu role model, kalau tahu banyak terjadi HIV/Aids di kalangan waria, harusnya jadi pertanyaan bahwa kelompok waria rentan terjadi HIV AIDS karena apa? apakah mereka free sex sejenis? sehingga rawan tertular," terangnya.

Jika faktanya seperti itu, maka perlu diberikan edukasi karena seks menyimpang tidak sesuai dengan tata kehidupan berbangsa dan bernegara serta adat istiadat Sinjai. Namun, logika edukasi waria baiknya dilakukan oleh kelompok waria perlu dipikirkan lagi.

"Mereka mestinya menjadi objek edukasi, bukan dijadikan subjek untuk mengedukasi sesamanya, beda kalau pelajar jadi duta karena mereka pasti bisa jadi role model di kalangan pelajar," bebernya.

Olehnya itu, menjadikan waria sebagai duta HIV/Aids patut dipikirkan dampak sosialnya. Seakan akan penyimpangan sosial dan seksual dianggap hal wajar dan patut diberi ruang. Justru harusnya mereka diserahkan dan dikembalikan ke fitrahnya. "Sebaiknya niat itu dipikirkan ulang," tambahnya.

Sebelumnya, Ketua KPA Sinjai, Andi Kartini Ottong menyebut, pemilihan duta HIV/Aids dari komunitas waria penting. Sebab, yang akan mengedukasi dan memberikan sosialisasi agar bisa menanggulangi bahaya HIV/Aids dari kelompoknya sendiri yang paham.

"Yang bisa mendekati kelompoknya tentu dari kalangan kelompoknya itu sendiri," terang Andi Kartini yang dikonfirmasi via WhatsApp. Oleh karena itu, mengangkat menjadi duta dengan terlebih dahulu memberikan edukasi, maka mereka akan menyosialisasikan bahaya pergaulan bebas.

Termasuk menyebarkan bahaya lelaki suka sesama lelaki dan lainnya, karena berdasarkan data banyak muncul dari kelompok tersebut. "Sehingga ini penting untuk kita beri pemahaman menjadi duta, tentu untuk penanggulangan HIV/Aids," bebernya.

Dia pun mengajak semua pihak untuk bersama-sama memerangi penyakit ini. Mulai dari tokoh agama, tokoh masyarakat, dan elemen lainnya. Untuk pemilihan duta waria, Andi Kartini mengaku akan mengagendakan khusus. Pihaknya tidak akan melaksanakan bersama dengan pemilihan duta pelajar seperti rencana sebelumnya. "Harus (pemilihan duta waria), pelajar dulu nanti ada waktu khusus untuk waria," tambahnya. (sir)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan