Andidotum ini diimpor dari Singapura. Sejauh ini, khasiatnya cukup ampuh memulihkan anak-anak dari penyakit misterius tersebut.
Sudah ada studi penerapan.
”Biaya akan ditanggung Kementerian Kesehatan,” ujar Juru Bicara Kemenkes dr Mohammad Syahril.
Antidotum itu sudah didistribusikan ke seluruh rumah sakit yang merawat pasien acute kidney injury (AKI) tersebut. Seluruh biaya terkait antidotum itu gratis. Obat ini merupakan rekomendasi Badan Kesehatan Dunia (WHO).
Sejauh ini, antidotum telah diberikan kepada anak-anak pengidap AKI yang dirawat di RSUPN dr Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta. Dari laporan Kemenkes, kondisi anak yang mendapat obat penawar itu cenderung membaik.
”Ada perubahan yang bagus dari pasien (setelah diberi antidotum, Red). Mulai keluar air kencingnya, keadaannya juga membaik,” ungkap Syahril.
Meski begitu, Syahril menyebut, tak semua pasien AKI mengalami reaksi positif setelah diberi antidotum. Ada yang tidak mengalami perubahan setelah mendapat obat penawar.
Cemaran Sirop
Terpisah, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang menegaskan, setiap produk obat yang dihasilkan oleh industri farmasi dalam negeri sudah mengikuti standar cara pembuatan obat yang baik (CPOB) dan memenuhi persyaratan mutu sesuai farmakope Indonesia atau kompendial lainnya.
’’Kasus ditemukannya etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG) yang melebihi ambang batas pada obat sirup (sirop) merupakan kejadian yang tidak diharapkan oleh industri farmasi,” jelasnya.
Kemenperin terus mendorong perusahaan-perusahaan industri farmasi untuk memonitor dan mengevaluasi produk-produk yang dihasilkan. ’’Serta terus memantau perkembangan informasi dari kementerian dan lembaga terkait,” imbuhnya.