FAJAR.CO.ID, MAKASSAR -- Musyawarah Cabang serentak yang akan digelar DPD Demokrat Sulsel pada 4-5 November, sepi pendaftar calon ketua.
Atas hal itu, Demokrat di Sulsel dinilai krisis figur.
Hingga kemarin, pada Selasa malam (25/10/2022) masih ada enam DPC tanpa pendaftar. Yakni DPC Makassar, Sinjai, Jeneponto, Bantaeng, Wajo dan Pangkep.
Mayoritas DPC juga hanya satu orang berminat menjadi ketua. Kecuali DPC Demokrat Soppeng, Gowa, Parepare dan Bulukumba.
Pengamat Politik Unismuh Makassar, Luhur A Priyanto menilai, saat ini memang terjadi defisit ketokohan di internal Demokrat.
"Eksperimen menyerahkan kepemimpinan pada tokoh-tokoh baru yang belum terukur kekuatan elektoralnya, merupakan keputusan yang penuh risiko," ujar A Luhur Prianto, (25/10/2022) kemarin.
Krisis kader tersebut dinilai Luhur sebagai imbas dari Musda lalu yang terlalu memecah Demokrat menjadi dua kubu. Saat itu, ingat dia. Terpecah menjadi 2 kubu, yakni IAS dan Ni'matullah.
Atas kejadian itu, sejumlah ketua DPC loyalis IAS tidak mau bertarung di Muscab. Sebagai bentuk kekecewaan.
"Demokrat pasca Musda tidak diikuti rekonsiliasi. Gerbong IAS yang gagal mengambil alih kepemimpinan DPW, akhirnya tidak lagi bergabung di kepengurusan baru. Ini risiko dari skema kompetisi yg berbasis zero-sum game, yang kalah akan tersingkir," ujarnya.
Terlepas dari rivalitas yang terjadi di momen Musda, beberapa kepengurusan DPC sebelumnya memang gagal meningkatkan performa elektoral partai di Pemilu 2019.
"Sehingga layak untuk di evaluasi dan diganti," ujar akademisi Unismuh Makassar tersebut.