FAJAR.CO.ID, MAKASSAR — Striker lokal Liga 1 sudah mulai berbahaya. Mereka juga masih berusia muda.
LIGA 1 musim ini cukup kompetitif. Terutama di lini depan. Jika selama ini selalu pemain asing yang jadi andalan, namun striker lokal juga mulai berbahaya. Seperti halnya striker muda PSM, Ramadhan Sananta.
Pemain berusia 19 tahun itu masuk dalam jajaran dengan tembakan atau shot efektif. Kendati minim shot, namun setiap peluang yang didapat berhasil dikonversi menjadi gol.
Hanya saja, pemain Borneo FC, Nur Hardianto, masih lebih baik. Sebab, Sananta dan Hardianto memiliki 10 kesempatan shot.
Akan tetapi, Hardianto mencatatkan rata-rata shot konversi 36 persen dari 4 gol. Berbeda dari Sananta yang hanya mencatat shot konversi 24 persen dari 3 gol.
Disusul ujung tombak Persita Tangerang, Wildan. Dia sendiri mencatatkan rata-rata shot konversi 26 persen dari 4 gol. Serta Dimas Drajad bersama Persikabo Persikabo dengan rata-rata shot konversi 23 persen dari 4 gol.
Pengamat sepak bola, Yusrifar Djafar menilai dua striker yang kerap menjadi andalan Pasukan Ramang punya kontribusi tersendiri. Mereka mampu menjadi tumpuan jika dibutuhkan dalam tim.
"Kedua stiker PSM baik asing maupun lokal sama-sama bagus. Jadi tidak bisa dibandingkan. Keduanya justru saling melengkapi jika tim membutuhkan," jelas Yusrifar kepada FAJAR, Minggu, 30 Oktober.
Hanya saja, Yusrifar melihat kemampuan Sananta maupun Everton akan jadi pembuktian bagi mereka. Sebab, jeda libur kompetisi imbas tragedi Kanjuruhan jadi tantangan keduanya.
