FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Komite Nasional Pelestarian Kretek (KNPK) menanggapi kenaikan Cukai Hasil Tembakau (CHT) sebesar 10 persen pada 2023 dan 2024.
Dalam akun resminya di Twitter dipaparkan, kematian industi hasil tembakau kelak akan banyak disumbang oleh pemerintah. Dengan peraturan yang mencekik dan cukai rokok yang terus naik.
“Bila di daerahmu nanti tidak lagi semarak panen tembakau dan cengkeh. Itu karena kebijakan pemerintah yang terus menaikkan tarif cukai. Naik terus, sampai rokok tak terbeli. Itu kan yang diinginkan?,” ucapnya.
Di balik itu semua kata dia ada sosok Menteri Keuangan Sri Mulyani yang dekat dengan Bloomberg, salah satu orang terkaya di dunia, yang ingin membasmi rokok kretek di Indonesia.
Tak heran walaupun isu kenaikan cukai diprotes petani dan buruh hingga turun ke jalan bahkan dengan membawa segepok tanda tangan penolakan, menurutnya Sri Mulyani tidak ambil pusing.
Bahkan kata dia, dari pelosok desa sentra pertembakauan, mereka rela datang ke Jakarta utk mengadu terkait dampak kenaikan cukai, tidak dipedulikan.
Menurutnya, Bendahara Negara ini lebih mengedepankan kerjasama dan pertemanannya dengan orang terkaya Paman Sam, lebih mendengar rezim kesehatan dan antirokok.
Sri Mulyani sudah menaikkan 73,49% sejak menjabat.
Kenaikan cukai saat ini satu indikator yang paling efektif dan jitu mematikan sektor pertembakauan di Indonesia. Selama pabrik rokok resmi ingin menjalankan usahanya maka harus patuh pada peraturan yang ada.
Kenaikan bisa dibungkus dalam frame menaikkan pendapatan penerimaan APBN atau mengurangi prevelensi perokok anak atau macam-macam.