FAJAR.CO.ID -- Pernyataan Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang enggan disalahkan atas kenaikan harga BBM ditanggapi dingin sejumlah pengamat dan pegiat media sosial.
Salah satunya datang dari Direktur Eksekutif Oversight of Indonesia's Democratic Policy, Satyo Purwanto. Dia mengatakan, alasan jadi orang nomor lima soal kenaikan harga BBM bukan berarti Ahok jadi tidak sanggup mengubah aturan.
"Sebagai komisaris utama, dia bisa menolak menyetujui segala kebijakan korporasi yang strategis, termasuk menghindarkan kerugian Pertamina dari utang yang semakin besar," ujar Satyo kepada Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (8/11/2022).
Satyo melihat, Pertamina dari waktu ke waktu terus merugi, namun karyawan dan pimpinan perusahaan terus bertambah kaya.
Sebagai komut, Ahok harusnya membuat gebrakan untuk perseroan BUMN yang mestinya bisa menjadi kebanggaan bangsa Indonesia.
"Ahok bukan hanya tidak sanggup memberi kemerdekaan Pertamina dari utang, coba tanyakan pada dia mafia migas di lingkungan Pertamina mana saja sudah dia sikat? Dia terlalu banyak omong tanpa prestasi," kritiknya.
Menanggapi hal itu, Andi Sinulingga pun mengaku sangat sepakat terhadap pandangan pengamat tadi. Politisi Golkar ini menilai, uang negara sia-sia untuk membayar Ahok di Pertamina.
"Super benar. Miliaran uang negara hanya untuk bayar pintar bacot doang," tulisnya di akun twitter @AndiSinulingga, sembari menautkan gambar dari pandangan pengamat.
Diketahui Ahok buka-bukaan soal lima orang yang paling menentukan di pusaran penentuan kebijakan BUMN tersebut, termasuk harga BBM.
Orang pertama katanya, Presiden Jokowi. Kedua, Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Panjaitan. Ketiga, Menteri BUMN Erick Thohir. Keempat, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati. Sedangkan kelima adalah dirinya sendiri.
Meski berada di urutan kelima, Ahok mengatakan dirinya justru yang kerap disalahkan saat pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM).
"Saya boleh sampaikan ya, banyak orang pikir naiknya BBM, turunnya BBM, salahnya Ahok. Pokoknya kalau apa-apa Ahok yang salah. Tapi memang faktanya, kita itu terlalu takut untuk subsidi langsung ke rakyat," kata Ahok.
Ahok bergurau meski hanya menjadi orang nomor lima di Pertamina, ia senang. Pasalnya, dengan posisinya itu, ia mengaku tak perlu banyak kegiatan seremoni yang ia harus ikuti.
Ia bisa menyerahkan semuanya ke Nicke Widyawati.
"Tapi ya di situ untungnya saya bilang. Setelah saya berpikir balik semua, saya punya banyak waktu untuk, saya bilang juga, bercanda ini bercanda. Saya bilang sekarang enak posisi saya, kenapa paling enak? Kalau ditanya wartawan, ditanya media, sama dirut saja saya bilang," kata Ahok.
"Gak usah menemani DPR, gak usah menemani menteri, gak ada acara seremoni yang banyak, sama Dirut aja. Nah yang kedua apa? Saya jadi punya banyak waktu. Punya banyak waktu untuk apa? Buat olahraga, punya banyak waktu untuk belajar musik, belajar bahasa, bisa nge-gym. Terus saya pikir ini hal yang baik sekali ya. Saya bisa pelototin saham online sekarang, dulu gak bisa," terang dia.
Harga BBM memang sedang menjadi perhatian masyarakat belakangan ini, terutama setelah Presiden Joko Widodo (Jokowi) menaikkan harganya pada awal September lalu.
Saat itu, Jokowi dan pemerintahannya berdalih, harga harus dinaikkan demi mengurangi beban APBN yang melonjak akibat kenaikan subsidi BBM dari Rp170 triliun menjadi Rp502 triliun. (bs-sam/fajar)