FAJAR.CO.ID-- Timnas Belgia menempati ranking kedua FIFA. Wajar, eskpektasi tinggi disematkan atas mereka.
Jika gagal di Qatar, mereka akan disebut generasi perunggu. Saat ini, mereka adalah generasi emas kedua setelah era Jean-Marier Pfaff dan kawan-kawan.
Kala itu, Jean dkk mengantar Belgia menjadi runner-up Piala Eropa 1980 dan peringkat empat Piala Dunia 1986. Michael Sablon ditunjuk sebagai Direktur Teknik Asosiasi Sepak Bola Belgia pada 2006.
Sablon melakukan perombakan ekstrem pada sepak bola Belgia yang dimulai dari tim muda. Termasuk “mewajibkan” semua akademi klub profesional menggunakan formasi 4-3-3 yang fleksibel dan fokus mengembangkan permainan.
Sejak saat itu, muncullah talenta seperti Vincent Kompany, Thomas Vermaelen, Jan Vertonghen, Steven Defour, Axel Witsel, Marouane Fellaini, Mousa Dembele, Nicolas Lombaerts, hingga Kevin Mirallas.
Bintang baru seperti Toby Alderweireld, Thomas Meunier, Radja Nainggolan, Kevin De Bruyne, Eden Hazard, Thibaut Courtois, dan Romelu Lukaku kemudian menyusul mengorbit.
Dengan bakat-bakat luar biasa ini, Belgia yang absen di Piala Dunia 2006 dan 2010, menjelma menjadi kekuatan baru. Mereka lolos ke Piala Dunia 2014 sebelum dihentikan Argentina di babak delapan besar.
Selanjutnya, mereka tampil di Piala Eropa 2016 setelah absen pada tiga edisi sebelumnya; 2004, 2008, dan 2012. Seperti di Piala Dunia, Setan Merah, julukan Belgia kembali terhenti di perempatfinal. Kalah dari Wales.
Belgia diharapkan mencetak sejarah di Piala Dunia 2018 saat bintang-bintang mereka berada di usia emas.