FAJAR.CO.ID, MAKASSAR -- Resesi global bisa saja terjadi. Namun, Sulawesi Selatan (Sulsel) akan tetap kokoh dengan topangan pertanian.
Agrikultur dan agrobisnis senantiasa mampu memberikan sumbangsih yang signifikan untuk pertumbuhan perekonomian Sulsel. Ini pula yang akan jadi andalan pada saat resesi menyerang.
Karena itu, Sulsel mendapat mandat dari pemerintah pusat memperkuat stok di sektor pangan pertanian. Salah satu buktinya, beras Sulsel sudah dikirim ke luar daerah dari Aceh hingga Papua.
Pemprov Sulsel mencatat hingga September lalu, telah memasok kebutuhan beras di luar sekitar 120 ribu ton. Angka ini pun menempatkan Sulsel sebagai pemasok kebutuhan beras terbesar di Indonesia.
Padahal itu baru melalui Bulog saja, belum pasokan yang dijual pelaku usaha lain. Ada pun stok beras Sulsel yang ada di Bulog mencapai 130.000 ton. Masih cukup sampai akhir tahun.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) produksi padi Sulsel mengalami kenaikan menajdi 5,34 juta ton (angka proyeksi) hingga akhir 2022. Atau mengalami kenaikan sebesar4,92 persen dari produksi di tahun 2021 yang hanya 5,09 juta ton. Secara nasional produkis beras Sulsel berada di posisi keempat.
Data Badan Pangan Nasional, potensi panen beras di Sulsel untuk September 2022 sebesar 640.618 ton, Oktober 264.068 ton, November 183.221 ton. Kini Sulsel menyuplai cadangan 25 persen cadangan beras Bulog atau terbesar dari seluruh provinsi.
Posisi Sulawesi Selatan sebagai lumbung pangan nasional didukung kinerja pemerintah daerah, BUMN, swasta dan petani. Dukungan irigasi, benih dan pupuk yang terjamin membuat produksi petani meningkat.
Salah seorang petani padi di Desa Alenangka. Kecamatan Sinjai Selatan, Kabupaten Sinjai, Amir Kada, mengakui ketersedian pupuk bersubsidi selama ini menjadi salah satu kunci panen di sawahnya berhasil.
Saat ini, dirinya dengan mudah mengakses pupuk subsidi. Hal ini dikarenakan lahannya sudah masuk dalam daftar rencana definitif kebutuhan kelompok (RDKK).
"Lahan saya sudah terdaftar di e-alokasi dan Sistem Informasi Manajemen Penyuluh Pertanian (Simluhtan)," jelas Amir kepada Fajar.co.id, Selasa (11/11/2022).
Hal yang sama diungkapkan Lantah Pa'domgi, petani asal Desa Passeno, Kecamatan Baranti Kabupaten Sidrap. Berkat pupuk dan benih yang terjamin, sawah seluas 25 hektar miliknya bisa menghasilkan padi 7,23 ton perhektar.
"Dulunya cuma 5 sampai 6 ton per hektar sekarang sudah dapat 7 ton per hektar Pak. Terima kasih bantuan benoh dan ketersediaan pupuknya," ungkapnya.
Dijatah 572 Ribu Ton Pupuk Bersubsidi

PT Pupuk Indonesia Region 6 wilayah kerja Sulawesi, Maluku dan Papua mencatat kuota pupuk subsidi di Sulawesi Selatan sebanyak 572.032 ton di 2022.
Vice President Sales Region 6 PT Pupuk Indonesia M Miftakhul Zainuddin mengatakan Kabupaten Bone menjadi daerah dengan jatah pupuk subsidi urea tertinggi di Sulsel, yakni 49.642 ton, sementara terkecil ialah Kota Makassar 392 ton.
Secara teknis, pupuk bersubsidi di Sulsel disalurkan oleh dua anak perusahaan Pupuk Indonesia, yaitu PT Pupuk Kalimantan Timur dan PT Petrokimia Gresik.
Dalam penyalurannya, Pupuk Indonesia memiliki jaringan distribusi yang cukup baik di Sulsel. Adapun jaringan distribusi ini terdiri dari 52 distributor, 1.118 kios pengecer resmi, 46 unit gudang (Distribution Center (DC) dan Lini III) dengan total kapasitas sekitar 141 ribu ton, hingga memiliki 42 personil petugas lapangan yang tersebar pada 24 kabupaten/kota.
"Penyaluran secara bertahap kita lakukan, jadi barang maupun regulasi kita sudah siap untuk membagi masing-masing kuota per daerah dan masyarakat berdasarkan e-RDKK," kata Miftakhul belum lama ini.
SVP PSO Wilayah Timur PT Pupuk Indonesia, Muhammad Yusri menambahkan penyaluran tersebut terdiri dari tujuh jenis pupuk bersubsidi. Masing-masing yakni pupuk Urea, SP-36, ZA, NPK, dan Organik Granul.
Lebih lanjut, Yusri menyebutkan bahwa Pupuk Indonesia sebagai produsen senantiasa menyalurkan pupuk bersubsidi dengan berpedoman dengan ketentuan yang berlaku.
Pupuk Indonesia juga telah menginstruksikan kepada distributor dan kios resmi untuk mengikuti regulasi pemerintah setempat dalam penyaluran pupuk bersubsidi.
Yusri juga menegaskan bahwa Pupuk Indonesia tidak akan segan memberikan sanksi hingga pemberhentian kerja sama kepada distributor dan kios resmi yang kedapatan terlibat dalam penyelewengan pupuk bersubsidi.
Pupuk Indonesia juga siap mendukung aparat penegak hukum untuk mengungkap kasus penyelewengan pupuk bersubsidi yang terjadi di wilayah di Sulsel.
“Kami tidak akan segan untuk memberikan sanksi kepada siapa pun di jaringan distribusi kami jika terlibat dalam penyalahgunaan pupuk bersubsidi,” ungkap Yusri.
Program Mandiri Benih Sasar 100 Ribu Hektar

Selain pupuk, Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan konsisten menjaga kualitas benih padi yang ditanam petani. Lewat program Mandiri Benih yang diinisiasi Gubernur Sulawesi Selatan, Andi Sudirman Sulaiman.
Program bantuan bibit gratis yakni Mandiri Benih menjadi berkah tersendiri bagi petani. Rata-rata petani mengaku, jika terjadinya produktivitas pertaniannya. Terlebih, program bantuan benih ini menyasar 100.000 hektare lahan pertanian, yang tersebar di 24 kabupaten/kota di Sulsel.
Gubernur Sulsel Andi Sudirman Sulaiman mengatakan, pihaknya telah menjadikan pertanian sebagai sektor prioritas dan andalan. Sebab, kontribusi sektor tersebut sangat besar terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sulawesi Selatan.
Di masa pandemi, pertanian juga terbukti paling tangguh dan tahan menghadapi gejolak. Bahkan, pertanian bertumbuh positif di tengah tumbangnya sektor lain.
Karena itu, dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan produktivitas, khususnya komoditas utama padi, pihaknya melaksanakan program Prioritas Mandiri Benih. Anggaran program tersebut bersumber dari APBD.
"Wujud dari pelaksanaan mandiri benih dituangkan melalui kegiatan penyediaan benih padi unggul bermutu melalui penangkaran benih padi seluas 850 ha yang menghasilkan benih sebanyak 2.600 ton. Jumlah benih tersebut diperuntukkan untuk pertanaman padi seluas 100.000 ha sawah," ujar Andi Sudirman.
Selain menggenjot produksi padi, program ini juga bertujuan untuk mengantisipasi terbatasnya benih unggul yang masih dihadapi para petani di Sulsel.
"Untuk Sulawesi Selatan, pemakaian benih unggul padi pada tahun 2021 baru sekitar 42,05 persen. Kondisi tersebut masih belum ideal dalam penggunaan benih unggul bermutu dalam meningkatkan produktifitas secara keseluruhan di Sulawesi Selatan," sebutnya.
Olehnya itu, melalui Mandiri Benih, Andi Sudirman berharap petani dapat membangun kemandirian benih dalam usaha taninya. Dengan program ini, benih unggul bermutu di tingkat petani dapat tersedia secara mandiri dan berkelanjutan.
"Petani kita juga diberdayakan melalui pendampingan teknis dari petugas sehingga petani dapat memiliki ilmu, pengetahuan dan teknologi dalam memproduksi benih. Sehingga mereka dapat mendorong peningkatan penggunaan benih unggul bermutu di tingkat petani yang akan berdampak pada peningkatan produksi pertanian secara berkelanjutan," ungkap Andi Sudirman.
Dirinya juga mengapresiasi PT Pupuk Indonesia yang selama ini menjamin ketersedian pupuk yang dibutuhkan petani.
"Benih dan pupuk adalah dua hal yang jadi kebutuhan pokok petani. Kita beruntung pemerintah daerah dan BUMN dalam hal ini PT Pupuk Indonesia bisa bersinergi," kata Andi Sudirman.
Keberpihakan ke Petani

Dosen Ekonomi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (UINAM) Murtiadi Awaluddin menyebut sumber daya dalam sektor pertanian memang melimpah. Baik dari segi keahlian, maupun lahan.
"Kelangkaan pupuk sering kali jadi masalah petani. Penyebabnya beragam, bisa karena regulasi maupun subsidi yang tak merata," terang Murtiadi.
Peningkatan ketahanan pangan harus disokong, dan cara utama dengan menghilangkan dahulu masalah kelangkaan pupuk bagi petani. Salah satu caranya dengan mempermudah izin edar bagi produk yang sesuai dan aman bagi lahan.
Pengamat Ekonomi Universitas Muslim Indonesia (UMI) Syamsuri Rahim menjelaskan dengan dijadikannya bahan pangan sebagai prioritas utama merupakan pilihan yang benar. Meski begitu, pemerataan subsidi harus menjadi fokus utama yang harus dicarikan solusi.
Stok pangan yang saat ini menunjukkan tren positif menjadi nilai tambah sektor ini dapat menjadi prioritas dalam menekan laju resesi. "Ini harus seiring dengan menjaga ketahanan pangan dan kesejahteraan petani dalam menghasilkan produk yang baik," terangnya.
Berkaitan dengan itu, pemerintah harus turun ke lapangan untuk melihat kondisi secara langsung, terutama dalam memeroleh subsidi pupuk dan pestisida. Tujuannya, agar biaya produksi mengurang seiring dengan melimpahnya hasil panen.
Hal lain, peran penting juga dipegang pemerintah dalam menjaga kestabilan produk, termasuk dalam mengawasi jalannya subsidi hingga diterima oleh petani. Surplus akan makin terasa jika semua pihak dapat bekerja dengan maksimal, termasuk oleh instansi-instansi terkait.
"Stimulus yang mendorong harus digalakkan. Kalau tidak, ini akan sulit dikontrol, apalagi dalam memasuki krisis global yang menyebabkan kelangkaan pangan," pungkas Syamsuri. (mirsan/fajar)