Situasi ini merupakan trauma kelam 2018 silam bagi orang Melayu. Ada ketakutan warga Melayu yang tidak bisa memegang posisi pemangku kebijakan.
"Ada keterancaman orang melayu ketika AI menjadi PM karena diusung partai dominan orang Tionghoa, sehingga posisi strategis akan didominasi oleh orang-orang Tionghoa juga," bebernya.
Jalur Sulsel
Berbeda dengan mantan PM Malaysia Najib Razak yang memiliki hubungan bilateral paling kuat dengan Sulsel, AI maupun MY dianggap memiliki hubungan yang lemah berkaitan dengan Sulsel.
Meski MY mengklaim dirinya memiliki darah garis keturunan Bugis, ini tak menjamin hubungan bilateral bisa terbangun, terkhusus dalam peningkatan perekonomian dan asek penopang lainnya.
Hal ini terlihat pada masa pemerintahan MY sebelumnya yang belum memiliki perjanjian apa pun. Begitupun AI, yang "kebetulan" mengenal tokoh besar dari Sulsel, yaitu Jusuf Kalla (JK). Meski begitu, ini tak bisa dikaitkan dengan keuntungan Sulsel secara langsung.
"Keduanya belum memiliki emosional yang kuat dengan Sulsel, berbeda dengan Najib yang pada periodenya langsung membuat hubungan kerja dengan Universitas Hasanuddin (Unhas)," paparnya.
Kala itu, kerja samanya berupa pengiriman dokter tiap tahun secara imbal balik. Dokter Malaysia belajar di Unhas, demikian juga sebaliknya.
"Tetapi, jika membahas kemungkinan, jika MY dipilih menjadi PM stabil selama 5 tahun, Sulsel berpotensi menjajaki kerja sama bidang pendidikan, kebudayaan, dan ekonomi," tandasnya. (fni-bus/zuk-dir/fajar)