Artinya, sosok Jokowi ingin dilekatkan kepada Ganjar sebagai penerus.
"Sehingga dalam proses peralihan ini, meskipun beralih nama, gaya dan sosok kepemimpinan itu kira-kira kurang lebih sama," sambungnya.
Sampai saat ini dukungan Jokowi terhadap Ganjar makin kuat. Siapa pun yang mendapatkan warisan jaringan politik dan kharisma politiknya, juga akan sangat kuat.
"Jadi ini menjadikan Ganjar itu sebagai proksi dari Jokowi," tambah Ali.
Kemudian, terkait Anies dengan tuduhan-tuduhan politisasi agama, sepanjang Habib Rizieq dan kawan-kawan masih menggunakan cara-cara dan masih bergabung dengan kelompok Anies, tentu isu fundamentalisme ini tidak bisa dihindari.
Bahkan justru itu yang dihindari sebagian besar pemilih karena melihat gaya politik yang kasar yang ditunjukkan oleh Habib Rizieq dan kawan-kawan.
"Meskipun saya rasa itu berbasis syariah, tapi kemudian masyarakat kita masih lebih senang dengan kesopanan dan tindakan-tindakan yang lebih menunjukkan penghargaan terhadap keberagaman. Kalau dengan demikian, maka kemungkinan Anies akan ditinggalkan oleh kelompok-kelompok Islam moderat," ucap Ali.
Di sisi lain, Anies tentu tidak berani secara langsung meninggalkan kelompok fundamentalis yang jelas-jelas berpengaruh buruk terhadap elektabilitasnya.
Dengan melakukan itu, dan berpindah ke kelompok Islam moderat, Anies juga belum tentu mendapatkan dukungan yang sesolid dan seloyal oleh kelompok-kelompok fundamental.
"Jadi saya rasa memang ini sebuah keputusan yang sulit dan serba salah dan harus dicarikan jalan tengah bagi Anies untuk memperluas jangkauan politiknya," tuturnya. (Fajar)