Menurutnya, beras komersial alias beras impor ini merupakan persediaan akhir tahun sampai menunggu panen raya pada Februari-Maret 2023. Sebab, kata Arief stok beras pemerintah di gudang Bulog seharusnya bisa tembus hingga 1,2 juta ton.
“Kita siapkan pada Februari-Maret 2023 agar Bulog dapat menyerap saat panen raya tiba untuk men-top up stoknya kembali sampai dengan 1,2 juta ton, hal ini diperlukan dalam rangka menjaga floor price di tingkat petani, dan berikutnya dikeluarkan pada saat produksi beras berkurang di akhir tahun,” jelasnya.
Lebih lanjut, Arief mengatakan upaya pemenuhan beras impor ini sejalan dengan arahan Presiden RI Joko Widodo untuk memastikan kebutuhan pangan seluruh masyarakat terpenuhi. Dalam Sidang Kabinet di Istana Negara, Jokowi kembali mengingatkan agar kita semua waspada, sehingga kebutuhan beras harus betul-betul dihitung.
Jokowi juga meminta dalam pemenuhan kebutuhan beras ini Kementerian dan Lembaga terkait saling berkoordinasi dan berkolaborasi. Arief menambahkan, pemenuhan cadangan beras ini tidak serta-merta menunjukan produksi beras nasional tidak mencukupi.
Ia mengapresiasi hasil produksi beras nasional tahun ini yang terbilang surplus sekitar 1.7 juta ton berdasarkan KSA Badan Pusat Statistik (BPS). Produksi beras nasional Januari-Desember 2022 diproyeksikan sebesar 31,90 juta ton.
Sementara kebutuhan beras nasional tahun 2022 sekitar 30,2 juta ton, sehingga diproyeksikan mengalami surplus beras sekitar 1,7 juta ton. Menurutnya, berdasarkan data tersebut Indonesia dalam periode pemerintahan Presiden Jokowi telah berhasil mencapai swasembada beras, mengingat berdasarkan ketetapan FAO tahun 1999, suatu negara dikatakan swasembada jika produksinya mencapai 90 persen dari Kebutuhan Nasional.