Pilpres 2024 adalah Pertarungan Istana Versus Non-Istana

  • Bagikan
Pakar psikologi UNM, Basti Tetteng

Oleh: Basti Tetteng

Dosen Psikologi Politik UNM

Pemilihan presiden (Pilpres) akan berlangsung pada 2024,  masih tersisa kurang lebih 2 tahun lagi, namun mengamati konstelasi politik yang berkembang beberapa bulan terakhir ini, tampaknya fenomena yang muncul adalah adanya kecenderungan pertarungan Pilpres 2024 hanya akan diwarnai dua kubu, yakni kubu istana versus kubu non istana. Kubu istana adalah kubu yang selama ini pendukung pemerintah. Dalam barisan ini ada Jokowi, Megawati dan Prabowo Subianto sebagai komandan dengan dukungan partai politik PDIP, Golkar, Gerindra, PKB, PAN, dan PPP.  Sementara barisan kubu non istana ada  Jusuf Kalla, Susilo Bambang Yudhoyono,  Surya paloh dan Anies Baswedan sebagai tokoh sentral dengan partai politik penyokong Nasdem, Demokrat dan PKS.  Surya Paloh dengan partainya Nasdem sejak mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai capres sudah dianggap bukan lagi bagian kubu istana, karena mengambil jalan yang tidak searah keinginan dengan kubu istana, bahkan dikesankan diminta keluar kabinet pemerintahan Presiden Jokowi.  

Pada kubu Istana ada berapa opsi capres yang menguat, yakni pasangan Prabowo Subianto – Muhaimin Iskandar dengan partai pendukung Gerindra dengan PKB,  pasangan Ganjar Pranowo – Erick Thohir /Airlangga/Ridwan kamil /Indar Parawansa  dengan partai pengusung Golkar, PAN dan PPP.  Pasangan Prabowo Subianto – Ganjar Pranowo adalah opsi lain yang mungkin dipertimbangkan oleh barisan kubu istana melawan kubu non istana.   Di kubu non istana capres yang hampir pasti menjadi opsi satu satunya dukungan mereka melawan kubu istana adalah Anies Baswedan sebagai capres.  Siapa Pasangan Cawapres Anies Baswedan masih sedang digodok di antara partai pendukungnya yakni Nasdem, Demokrat dan PKS.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan