Hentikan Eksploitasi Anak Berkedok Badut Jalanan, Dissos Sebut Sehari Bisa Dapat Rp200 Ribu

  • Bagikan
Grafis badut jalanan di Makassar

Ia memaparkan, cukup banyak keterlibatan anak-anak di bawah umur yang ditemukan saat razia berlangsung.

"Kita tahan. Kita sita kostumnya. Harapannya supaya mereka tidak kembali lagi beraksi di jalanan," urai Eldi.

Para pelaku badut jalanan ini merupakan warga Makassar. Meski ada beberapa yang berasal dari luar Makassar. Di antara mereka, ada yang tidak memilik KTP saat razia dilakukan.

Andi Eldi mengaku cukup kesulitan dalam menindaki mereka. Sebab keberadaannya tetap menjamur, meski sudah berkali-kali ditahan.

"Padahal dahulu awalnya hanya ada beberapa. Sekarang hampir bisa ditemui di mana-mana," sambungnya.

Ia menambahkan, rata-rata penghasilan setiap badut itu mencapai Rp200 ribu per hari. Jumlahnya ini cukup tinggi, sebab banyak pengguna jalan yang memberi uang mereka.

Jika dijumlah dengan banyaknya badut yang terlibat, jutaan rupiah untuk satu kelompok bisa dihasilkan. "Dia (satu orang) bisa dapat sampai Rp200 ribu," terangnya.

Menurutnya, persoalan ini memang masalah klasik. Belum ada solusi komprehensif dalam menuntaskannya.

Lantaran Makassar hingga saat ini tak memiliki kawasan rehabilitasi sosial dalam penanganan komprehensif Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) ini.

Kendati lokasi sudah ditentukan, dan pembayaran tengah berproses, Andi Eldi belum mau sesumbar terkait pembangunan fisiknya. Lebih dahulu akan dilakukan Detail Engineering Design (DED) terhadap lahan seluas empat hektare di Moncong Loe, Maros itu.

Soal eksploitasi anak ini, memang menjadi kekhawatiran Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Makassar.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan