FAJAR.CO.ID, MAKASSAR -- Anggota DPR RI Fraksi PAN Ashabul Kahfi membocorkan jagoannya pada ajang sepak bola 4 tahunan Piala Dunia Qatar 2022.
Dengan penuh percaya diri, legislator yang karib disapa Puang Kahfi itu mengatakan, andalannya adalah Timnas Maroko.
"Saya mengunggulkan Maroko karena beberapa alasan," ujarnya singkat, Rabu (14/12/2022).
Secara objektif, kata Puang Kahfi. Kualitas permainan Maroko bisa mengimbangi permainan tim yang diunggulkan.
Adapun sebagian pemainnya diketahui bermain di tim negara-negara Eropa. Sebut saja, Romain Hakim Ziyech (Chelsea), Saiss (Besiktas), Achraf Hakimi (Paris Saint-Germain), Yassine Bounou (Sevilla), Noussair Mazraoui (Bayern Muenchen), Yoyssef En-Neysri (Sevilla), hingga Munir El Haddadi (Sevilla).
"Keunggulan Maroko sebenarnya terletak pada pertahanan. Maroko belum kebobolan satu gol pun dari pemain lawan dalam Piala Dunia. Satu-satunya gol kemasukan dalam empat pertandingan, ketika Maroko menang 2-1 atas Kanada, saat itu bek Maroko Nayef Aguerd secara tidak sengaja memasukkan umpan silang melewati kiper timnya," bebernya.
Kekuatan pertahanan Maroko terlihat pada 3 pertandingan lainnya, Maroko tidak pernah kebobolan.
Lanjut Puang Kahfi, secara subjektif, mendukung Maroko, rasanya seperti mendukung timnas Indonesia. Banyak kesamaan Sosiologis.
"Misalnya sama-sama berpenduduk mayoritas Islam, kalau Indonesia sekitar 80 persen, di Maroko malah 99 persen," tukasnya.
"Ini bukan sentimen ideologis ya, tapi lebih pada kedekatan saja secara kutural dan emosional," sambung dia.
Sementara itu, secara psikologis. Menurut Puang Kahfi secara alamiah jika orang cenderung mendukung tim underdog (tidak diperhitungkan).
"Menurut sejumlah penelitian, sesuatu yang tidak diunggulkan atau sering kita sebut dengan istilah ‘underdog’ dapat meningkatkan niat untuk menyukainya. Tim underdog akan melahirkan perasaan empati. Mereka memanfaatkan kualitas yang paling kita sukai dari diri kita sendiri dan menemukan yang paling mengagumkan pada orang lain," tukasnya.
Tambahnya, orang-orang menyukai tim underdog karena merasa mereka membutuhkan dukungan. Itu menciptakan ikatan gravitasi antara pendukung dan tim karena senang merasa dibutuhkan sebagai makhluk sosial.
"Kehadiran Maroko melawan tim raksasa, telah melahirkan empati untuk memberikan dukungan. Mungkin itu pula yang saya rasakan," pungkasnya.
(Muhsin/fajar)