"Hal lain yang bisa juga berpengaruh adalah ketika si individu (tidak menolong) sedang dalam kondisi darurat untuk urusan yang dimaknainya lebih penting untuk dirinya dibanding harus singgah memberikan pertolongan," terang Perdana Kusuma, pakar psikologi sosial.
Menurut lelaki yang kerap disapa Dana itu, handphone bisa menjadi alat untuk menyebarluaskan informasi, namun yang terpenting adalah bagaimana masyarakat mampu menentukan skala prioritas. Sekaligus mengetahui langkah apa yang dilakukan ketika menemukan kondisi darurat.
Sehingga, perasaan aman bisa timbul terlebih dahulu sebelum memberikan pertolongan. Dia meyakini, sisi kemanusiaan masyarakat masih ada. Sayang,individu atau masyarakat sepertinya tidak cukup teredukasi dengan baik.
"Atau tidak familiar dengan langkah teknis, semisal mitigasi bencana, atau peemberian pertolongan pertama. Baik itu secara fisik, maupun psikologi, sehingga tidak mengetahui langkah bijak apa yang tepat dilakukan ketika berada dalam kondisi tersebut," lanjut Dana.
Seiring perkembangan zaman yang mengarah terhadap digitalisasi, bystander effect ini berbarengan dengan adanya fenomena fomo. (fni-ams/zuk-dir/fajar)