Tetap Gelar Pertandingan Liga 1 Malam Hari, Pengamat: PSSI Abaikan Keselamatan Pemain dan Penonton

  • Bagikan
Liga 1 (int)

Lanjut Rikky Daulay, para pemilik klub dan PSSI selama ini hanya mementingkan keuntungan pribadi mereka tanpa memikirkan nasib para pemain. Padahal, sepak bola sudah menjadi industri saat ini, artinya pemilik klub dan PSSI tidak hanya mengutamakan kepentingan mereka, tetapi juga kepentingan para pemain.

“Bayangkan, menurut salah satu kawan saya yang masih aktif di Liga, ketika Liga diberhentikan selama kurang lebih dua bulan kemarin, mereka dipotong gaji hingga 50 persen, padahal dalam kontrak tidak ada poin pemotongan gaji itu. Mereka terpaksa menerima karena takut dipecat dan sulit mencari klub,” ungkapnya.

“Jadi kalau PSSI mau membawa sepakbola Indonesia menjadi bisnis, lindungi dulu pemain dan pelatih sepakbola nya, bangun infrastruktur fisik dan SDM untuk jenjang pembinaan, bukan malah mengikuti maunya televisi,” jelasnya.

Daulay pun mencontohkan Pemerintah Qatar yang tidak mementingkan tayangan televisi untuk meraup keuntungan di Piala Dunia 2022. Ini terlihat dari jadwal Piala Dunia yang sebelumnya biasa berlangsung di bulan Juni-Juli, tapi mereka menggelarnya di bulan November-Desember.

“Contohnya Qatar, mereka bisa membuat Piala Dunia digelar pada bulan November-Desember, padahal biasanya Piala Dunia digelar Juni-Juli. Jadi PSSI jangan takut sama stasiun televisi, karena sepakbola Indonesia sudah memiliki banyak penonton,” bebernya.

Daulay pun meminta pemerintah untuk menegur PSSI yang masih saja menggelar pertandingan lanjutan Liga 1 di malam hari. Buat Daulay, jika ke depan pertandingan masih tetap berlangsung di malam hari, baiknya Pemerintah bekukan PSSI dan penyelenggara Liga 1 menunjuk pihak dilihat PSSI untuk menjalankan liga dengan profesional.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan