FAJAR.CO.ID, LUWU TIMUR — Perempuan paruh baya itu bertutur dengan semangat. Kata-katanya tidak rapi, tapi mudah dimengerti.
Sesekali, ia mengedarkan pandangannya pada titik tertentu. Di dinding langit-langit bangunan, pada lantai, atau pada sela-sela kerumunan orang.
Ia jelas canggung. Enam orang wartawan berjejer di hadapannya menyodorkan alat perekam.
“Saya memang anti rumah sakit. Anti minuman kimia,” tutur Mimi Rosita, seorang penyintas kanker payudara, kepada wartawan di Panti Sehat, Kecamatan Nuha, Kabupaten Luwu Timur, Sabtu (17/12/2022).
Perempuan yang karib disapa Mimi ini bercerita, 2011 silam, ia melakukan pemeriksaan kesehatan di fasilitas kesehatan (Faskes) milik PT Vale Indonesia di Luwu Timur.
Mimi divonis mengidap kanker. Dua kanker tumbuh di payudaranya. Satu bagian sebesar biji jagung, sebelah lainnya seukuran buah merica. Dokter menyarankan agar segera diangkat.
Namun karena takut dengan ‘rumah sakit’, perempuan berhijab itu urung berobat medis.
“Dulu (2011) saya ada enam orang sama semua penyakitnya (kanker payudara). Enam orang itu semua sudah tidak ada (sembuh). Gak dibelah (operasi), gak diapa-apain. Namanya masuk rumah sakit saya takut sekali,” ungkapnya.
Mimi memilih pengobatan tradisional. Perkenalannya dengan obat alternatif, dimulai pada 2016.
Saat itu, PT Vale melalui Program Pemberdayaan Masyarakat (PPM) membuat pelatihan pengobatan alternatif. Diikuti lebih 200-an orang yang didominasi perempuan.
“Salah satu program pemberdayaan masyarakat PT Vale. Jadi programnya PT Vale, di mana ibu-ibu-nya dibina oleh PT Vale untuk mendapatkan pelatihan,” kata Julianto, fasilitator program Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM), PT Vale.