“Karena pada prinsipnya dalam ajaran agama, siapapun orang itu, hanya ada dua, dia bisa jadi seagama dengan anda. Kalau tidak seagama, maka dia satu dalam kemanusiaan,” sambungnya.
Dalil yang sering digunakan oleh ulama yang membolehkan mengucapkan selamat Natal adalah dalam surat Maryam ayat 33.
وَالسَّلٰمُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدْتُّ وَيَوْمَ اَمُوْتُ وَيَوْمَ اُبْعَثُ حَيًّا
“Kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku pada hari kelahiranku, hari wafatku, dan hari aku dibangkitkan hidup (kembali).”
Secara eksplisit mengucapkan selamat atas kelahiran Nabi Isa adalah benar serta membawa jalan keselamatan pada umatnya. Namun, setelah muncul trinitas dikatakan jika makna keselamatan tidak lagi berlaku.
Hal ini karena ajaran Nabi Isa sudah diubah. Dengan ini, mengucapkan selamat natal boleh dengan niat untuk mengucap selamat atas kelahiran nabi Isa dan tidak diniatkan kepada umat Kristiani.
Dalil lainnya memuat tentang sebagai muslim harus memperlakukan manusia (non muslim) lainnya dengan baik. Tertuang dalam surat Mumtahanah, 60: 8
لَا يَنْهٰىكُمُ اللّٰهُ عَنِ الَّذِيْنَ لَمْ يُقَاتِلُوْكُمْ فِى الدِّيْنِ وَلَمْ يُخْرِجُوْكُمْ مِّنْ دِيَارِكُمْ اَنْ تَبَرُّوْهُمْ وَتُقْسِطُوْٓا اِلَيْهِمْۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِيْنَ
Artinya : Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil. (QS. Mumtahanah, 60: 8).
Di Indonesia tidak ada permusuhan antara umat Muslim dan non Muslim sehingga diserukan untuk berbuat baik kepada sesama atas dasar kemanusiaan. Namun, ada aqidah-aqidah yang tidak boleh dilanggar dalam hal ini.