FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Dalam 20 tahun terakhir hingga sebelum pandemi Covid-19, ekonomi Indonesia selalu tumbuh di atas rata-rata ekonomi global. Pertumbuhan ekonomi Indonesia setiap tahun stabil dikisaran 5 – 6 persen. Hal ini menjadi salah satu alas an Indonesia masuk ke dalam kelompok G20 dan bahkan di 2022 menjadi Presidensi G20.
Jika ekonomi Indonesia mampu tumbuh 5,7 persen per tahun dengan terus melakukan reformasi struktural, memanfaatkan bonus demografi dan kemajuan teknologi, serta meningkatkan daya saing ekonomi, Indonesia diperkirakan menjadi negara pendapatan tinggi dengan PDB terbesar ke-5 di tahun 2045 (100 tahun Indonesia Merdeka).
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan inklusif akan meningkatkan jumlah kelas pendapatan menengah ke atas menjadi sekitar 70 persen penduduk Indonesia pada tahun 2045 (KemenPPN/Bappenas, 2019).
Berbicara tentang kelompok menengah, dalam Visi Indonesia tahun 2045: Berdaulat, Maju, Adil, dan Makmur disebutkan bahwa kelompok menengah menjadi salah satu kunci dalam meraih visi tersebut, terutama dalam mendukung pembangunan negara (Limanseto, 2021). Dengan kebijakan yang tepat untuk menumbuhkan jumlah dan daya saing kelas menengah, Indonesia dapat menggapai arah pembangunan yang lebih baik.
Kelas menengah adalah konsumen utama dari perekonomian, kelas menengah berinvestasi pada pendidikan, perempuan kelas menengah memiliki kemungkinan bekerja yang lebih tinggi, kelas menengah menciptakan lapangan kerja (Alatas, 2019).
Dari pandangan para ahli tersebut, bisa disimpulkan kembali bahwa, intervensi yang tepat terhadap kelompok menengah dan menuju menengah menjadi kunci kemajuan kita masa depan. Namun demikian, intervensi tersebut juga harus berprinsip inklusif, yaitu tetap mempertimbangkan pengaruh positif terhadap kelompok miskin dan rentan.