FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Menteri BUMN Erick Thohir disebut-sebut paling layak menjadi Ketua Umum PSSI ditengah Isu 'kudeta' muncul di tubuh PSSI.
Berdasarkan survey Lembaga Indikator Politik Indonesia (IPI), Erick Thohir dianggap layak oleh responden dengan jumlah 24,1 persen.
Persentase kelayakan ini tertinggi diantara dua nama lainnya yakni Najwa Shihab dan Mochamad Iriawan.
Survei ini dilakukan di seluruh provinsi Indonesia dengan jumlah sampel 1.220 orang dengan margin of error sekitar 2,9 persen.
Pengamat politik Rocky Gerung mengatakan, salah satu yang membuat organisasi profesi sulit berkembang karena dijadikan sebagai tempat mencari suara.
“Mungkin fokus aja Ketum PSSI, jangan dijadiin sebagai tempat nyari suara juga. Itu kadangkala juga masuk di organisasi profesi untuk mendapatkan biodata baru, supaya bisa dipamerkan ketika tahun politik. Sudah tahun politik dia kembali lagi, kenikmatan sebagai pejabat,” ucapnya dalam kanal YouTube-nya, Sabtu, (31/12/2022).
Ahli Filsafat ini menyebut, selama ini pejabat selalu dijadikan ketua bukan karena adanya perhatian khusus terhadap profesi itu.
“Itu yang membuat club olahraga kita berantakan. Karena nggak diurus sebagai visi yang kuat, bukan visi sebagai politisi tapi visi seseorang yang memang menginginkan prestasi itu dihasilkan oleh kemampuan mengkombinasikan antara gaji, gizi dan intelektual dari si pemain,” ungkap Dosen Universitas Sam Ratulangi ini.
Rocky Gerung menegaskan pentingnya mengasuh klub olahraga secara profesional.
Menurutnya, di Indonesia ketika orang masuk klub berarti dia masuk korporasi. Orang lebih mampu melihat fungsi dan korporasi untuk menghargai prestasi itu.
“Kalau disini korporasi artinya komisaris. Bukan bagian yang kita bayangin keunikan dari setiap klub sepak bola. Jadi Indonesia tentu punya potensi untuk memproduksi lebih banyak, karena jumlah penduduk kita besar betul tapi ini soal profesionalisme, perhatian negara. Dan yang paling penting adalah soal gizi. Orang yang kekurangan gizi memang kuat aja lari-lari karena karbohidrat. Tapi kalau proteinnya nggak ada, otaknya nggak bisa menghubungkan antara kaki dan kepala. Karena sepak bola artinya, kaki itu secekatan cara dia berpikir,” tambahnya. (selfi/fajar)