"Secara teori, memang tak memberi pengaruh langsung pada inflasi dan pertumbuhan ekonomi," terang Murtiadi Awaluddin, dosen ekonomi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (UINAM).
Penyebab inflasi paling dominan ialah adanya tekanan biaya yang menyebabkan harga-harga naik. Salah satunya kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi pada 3 September 2022. Kedua, adanya permintaan yang menjulang.
Hal ini yang terpenuhi selama sebulan momen nataru. Meski begitu, angka ini langsung terkoreksi dengan cepat. "Sekarang masyarakat sudah selesai sama momennya, makanya harganya tidak terlalu tinggi lagi," lanjutnya.
Situasi ini menjadi indikator bagi pemerintah dalam menciptkan event-event entertainment yang menjadi stimulus masyarakat.
"Secara kemampuan, meski harga tinggi, tetap ada saja yang datang. Artinya masyarakat punya dana, sisa pemerintah yang mengulang momen-momen lagi agar bisa mengundang dan menyerap kunjungan wisata," kata Murtiadi.
Ini merupakan angin segar bagi penerimaan daerah, sebab dengan banyaknya sektor yang terbuka, otomotis banyak pula keran pendapatan yang diterima.
"Kenaikan harga bisa terjadi meski tak signifikan, apalagi perayaan itu hanya berlangsung selama beberapa jam saja. Jadi memang dia hanya punya pengaruh pada laju pertumbuhan saja," singkat Sutardjo Tui, pengamat keuangan dan ekonomi. (fni/zuk/fajar)