PPKM Dicabut, Ekonomi Diprediksi Bakal Tumbuh di Awal Tahun

  • Bagikan

FAJAR.CO.ID, MAKASSAR-- Tahun baru membawa pergerakan. Ekonomi bakal tumbuh awal tahun.

Ada beberapa indikator yang menguatkan situasi itu. Pertama, Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) akibat Covid-19 yang makin diperlonggar. Kedua, geliat menyambut awal tahun yang begitu semarak.

Mobilitas masyarakat pada momen awal tahun seiring dengan laju pertumbuhan ekonomi. Upaya pemulihan makin mendekati situasi normal. Banyaknya aktivitas selama libur tahun baru menunjukkan bahwa mobilitas dan antusias mulai perlahan normal kembali.

"Dalam waktu dekat untuk bisa menggeliatkan kembali cukup dengan menggerakkan usaha-usaha kecil menengah termasuk ekonomi kreatif," papar Abdul Muttalib Hamid, pengamat ekonomi Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, Minggu, 1 Januari.

Pencabutan PPKM menjadi salah satu langkah dalam menggeliatkan kembali ekonomi pada 2023 ini. Kebijakan itu memudahkan pebisnis atau pengusaha dalam menjalankan usahan. Termasuk dalam memberikan penawaran terbaik kepada konsumen.

Momen Natal dan tahun baru kemarin sudah bisa dirasakan tanpa adanya kontrol yang kuat dari pemerintah, sehingga bisnis dan usaha perlahan mulai kembali merangkak. Laju pertumbuhan ekonomi bisa terus bertambah jika strategi dalam membuat aktivitas masyarakat bisa selalu berjalan.

Termasuk dengan meningkatkan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Pemulihan ekonomi tak hanya dengan melihat mobilitas masyarakat yang mulai terus bergerak, melainkan dengan berkembangnya usaha-usaha lain yang turut membantu.

Terutama dalam penyerapan tenaga kerja, sehingga investasi dan angka tenaga kerja bisa terus terkerek.
Pengembangan ekonomi kreatif yang dilakukan secara maksimal akan membuat angka pertumbuhan bisa konsisten pada tren positif.

Sepanjang program-program serta kebijakan bisa konsisten berkelanjutan. "Jika itu dimaksimalkan, ada potensi kita tidak terdampak pada resesi, apalagi pada kuartal pertama nanti," terangnya.

Perdebatan Inflasi

Meningginya mobilitas selama libur panjang perayaan tahun baru memang memberi pengaruh pada laju pertumbuhan ekonomi. Sayangnya, ini tak memberi pengaruh besar pada penekanan inflasi di Sulsel.

Alasannya, mobilitas masyarakat khususnya pada malam pergantian tahun baru berkutat di hotel, restauran, atau destinasi keluarga lain. Kelompok ini termasuk dalam sektor pergerakan ekonomi menengah dan atas.

Pada destinasi tersebut pasti memberi pengaruh pada indeks Product Domestic Regional Bruto (PDRB) yang menjadi salah satu indikator inflasi.

"Berkaitan inflasi, tempat wisata, mal, dan lain-lain itu melakukan pergerakan ekonomi paling tidak capai dua persen, tetapi kalau ekonomi ke bawah, kondisi akan sebaliknya, artinya tak akan menaikkan inflasi," lanjut Abdul Muttalib.

Sisi lain, perayaan yang bersifat temporer itu memberi angin segar pada pelaku bisnis, sebab seiring dengan minat yang besar, harga yang terpasang juga cukup tinggi.

Antusias masyarakat tidak kurang, artinya kemampuan masyarakat cukup besar. Meski begitu, itu bukan merupakan satu-satunya indikator yang membuat inflasi menjadi tertekan.

"Secara teori, memang tak memberi pengaruh langsung pada inflasi dan pertumbuhan ekonomi," terang Murtiadi Awaluddin, dosen ekonomi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (UINAM).

Penyebab inflasi paling dominan ialah adanya tekanan biaya yang menyebabkan harga-harga naik. Salah satunya kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi pada 3 September 2022. Kedua, adanya permintaan yang menjulang.

Hal ini yang terpenuhi selama sebulan momen nataru. Meski begitu, angka ini langsung terkoreksi dengan cepat. "Sekarang masyarakat sudah selesai sama momennya, makanya harganya tidak terlalu tinggi lagi," lanjutnya.

Situasi ini menjadi indikator bagi pemerintah dalam menciptkan event-event entertainment yang menjadi stimulus masyarakat.

"Secara kemampuan, meski harga tinggi, tetap ada saja yang datang. Artinya masyarakat punya dana, sisa pemerintah yang mengulang momen-momen lagi agar bisa mengundang dan menyerap kunjungan wisata," kata Murtiadi.

Ini merupakan angin segar bagi penerimaan daerah, sebab dengan banyaknya sektor yang terbuka, otomotis banyak pula keran pendapatan yang diterima.

"Kenaikan harga bisa terjadi meski tak signifikan, apalagi perayaan itu hanya berlangsung selama beberapa jam saja. Jadi memang dia hanya punya pengaruh pada laju pertumbuhan saja," singkat Sutardjo Tui, pengamat keuangan dan ekonomi. (fni/zuk/fajar)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan