FAJAR.CO.ID, MAKASSAR-- Fenomena panic selling di bursa saham memicu performa IHSG negatif. Banyak investor beralih ke save haven.
Kinerja pasar modal tahun ini diperkirakan tak sebaik 2022 lalu. Makanya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menargetkan penghimpunan dana di pasar modal pada 2023 bisa hanya menembus Rp170 triliun.
OJK tak menargetkan tinggi-tinggi lantaran kondisi pasar pada 2023 yang diprediksi lebih menantang. Target 2023 lebih rendah dari 2022 sebesar Rp267,73 triliun.
Analis Finansial Management dan Banking Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar Sutardjo Tui, mengemukakan penurunan target tersebut sebagai bentuk tidakkepercayaan terhadap kinerja pasar modal.
Sutardjo menyebut, penurunan target ini dipengaruhi adanya isu resesi dan inflasi. Makanya, kata dia, harga emas terus melonjak lantaran investor menjadikannya salah satu pilihan dalam berinvestasi.
"Saat ini saham menurun karena orang-orang memilih untuk menabung di emas, tentu karena resiko
yang kecil," terangnya.
"Yang berbahaya jika ada pelarian modal ke luar negeri, akhirnya likuiditas kita berkurang, tetapi sepanjang perpindahan emas atau pasar modal, masih aman saja," lanjut Sutardjo.
Sementara ekonom Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (UINAM) Bahrul Ulum Rusydi, mengatakan nilai emas cenderung stabil.
"Nah, resesi itu sebenarnya adalah kondisi di mana pertumbuhan ekonomi berkontraksi (negatif) dua periode berturut-turut. Nah, biasanya harga komoditas itu meningkat termasuk emas," kata lulusan magister Universitas Gadjah Mada (UGM) ini.